Tuesday 27 January 2009

Pengukuran dengan theodolit

Assalamualaikum...

Apa kabar teman-teman. Eh saya kembali lagi untuk mengatakan bahwa lagi-lagi pentingnya sebuah perkembangan teknologi. Bayangkan jika kita melakukan pengukuran dengan skala yang besar, apa jadinya jika kita tidak menggunakan sebuah inovasi baru. maka dengan landasan tersebut, saya torehkan sedikit mengenai cara penggunaan Theodolit Digital...slamat Menikmati..
Pengukuran detil cara tachymetri dimulai dengan penyiapan alat ukur ( Theodolite )titik ikat dan penempatan rambu di titik bidik. Setelah alat siap untuk pengukuran, dimulai dengan perekaman data di tempat alat berdiri, pembidikan ke rambu ukur, pengamatan azimuth dan pencatatan data di rambu BT, BA, BB serta sudut miring m.
  • Tempatkan alat ukur theodolite di atas titik kerangka dasar atau titik kerangka penolong dan atur sehingga alat siap untuk pengukuran, ukur dan catat tinggi alat di atas titik ini.
  • Dirikan rambu di atas titik bidik dan tegakkan rambu dengan bantuan nivo kotak.
  • Arahkan teropong ke rambu ukur sehingga bayangan tegak garis diafragma berimpit dengan garis tengah rambu. Kemudian kencangkan kunci gerakan mendatar teropong.
  • Kendorkan kunci jarum magnet sehingga jarum bergerak bebas. Setelah jarum setimbang tidak bergerak, baca dan catat azimuth magnetis dari tempat alat ke titik bidik.
  • Kencangkan kunci gerakan tegak teropong, kemudian baca bacaan benag tengah, atas dan bawah serta cata dalam buku ukur. Bila memungkinkan, atur bacaan benang tengah pada rambu di titik bidik setinggi alat, sehingga beda tinggi yang diperoleh sudah merupakan beda tinggi antara titik kerangka tempat berdiri alat dan titik detil yang dibidik.

Kesalahan pengukuran cara tachymetri dengan theodolite berkompas


  • Kesalahan alat, misalnya:
    a. Jarum kompas tidak benar-benar lurus.
    b. Jarum kompas tidak dapat bergerak bebas pada prosnya.
    c. Garis bidik tidak tegak lurus sumbu mendatar (salah kolimasi).
    d. Garis skala 0° - 180° atau 180° - 0° tidak sejajar garis bidik.
    e. Letak teropong eksentris.
    f. Poros penyangga magnet tidak sepusat dengan skala lingkaran mendatar.
  • Kesalahan pengukur, misalnya:
    a. Pengaturan alat tidak sempurna ( temporary adjustment ).
    b. Salah taksir dalam pemacaan
    c. Salah catat, dll. nya.
  • Kesalahan akibat faktor alam, misalnya:
    a. Deklinasi magnet.
    b. atraksi lokal.
  • Titik detil yang harus diukur meliputi semua titik alam maupun buatan manusia yang mempengaruhi bentuk topografi peta daerah pengukuran.

0 komentar:

Post a Comment

Komenter Kamu

Kumpulan Situs Penting
My Photo
Watampone
Dengan segala kerendahan hati kami mohon maaf atas segala kekurangan kami. Blog ini dibuat hanya untuk saling memberi sedikit informasi kepada teman-teman. Tak ada sedikitpun di dalamnya bertujuan untuk sebuah materil Berkarya tanpa batas, tanpa penindasan