This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Monday, 7 June 2010

PROSES TERBENTUKNYA GOA

Gua adalah suatu lubang di tanah, atau di batuan, atau di gunung yang terbentuk secara alamiah. Jadi bentukan-bentukan seperti gua yang dibuat manusia sebenarnya tidak dapat dikelompokan sebagai gua, tapi lebih tepat sebagai suatu terowongan.

Gua adalah suatu bentukan alam yang umumnya terjadi akibat adanya suatu proses alam yang melubangi batuan. Bisa berbentuk suatu lorong yang panjang, gelap dan berkelok-kelok, tetapi dapat pula sebagai suatu ceruk dalam. Secara umum dikenal terjadi pada dua batuan yang jauh berbeda, yaitu pada batu gamping yang sangat intensif dan luas kejadiannya, dan pada kasus-kasus khusus di aliran lava basalt, tetapi dapat pula terjadi pada semua jenis batuan yang mengalami tingkat abrasi / erosi yang kuat melewati struktur-struktur tertentu.

  • TEORI KLASIK MENGENAI PERKEMBANGAN PERGUAAN menurut Reeder, (1988)

Banyak debat intensif yang terjadi selama abad ini yang menyangkut ilmu pengetahuan geomorfologi yang berhubungan dengan asal muasal gua di batu gamping. Apakah gua terbentuk diatas water table (zona vadose), dibawah water table (zona phreatic), atau pada bidang dari water table itu sendiri? Beberapa teori dapat dikelompokkan sebagai berikut:

  1. Teori Vadose-Dwerry house (1907), Greene (1908), Matson (1909), dan Malott (1937) mempertahankan bahwa sebagian besar perkembangan gua berada di atas water tabel dimana aliran air tanah paling besar. Jadi, aliran air tanah yang mengalir dengan cepat, yang mana gabungan korosi secara mekanis dengan pelarutan karbonat, yang bertanggung jawab terjadap perkembangan gua. Martel (1921) percaya bahwa begitu pentingnya aliran dalam gua dan saluran (conduit) begitu besar sehingga tidak berhubungan terhadap hal terbentuknya gua batu gamping sehingga tidak relevan menghubungkan batugamping yang ber-gua dengan dengan adanya water table, dengan pengertian bahwa permukaan tunggal dibawah keseluruhan batuannya telah jenuh air.
  2. Teori Deep Phreatic-Cjivic (1893), Grund (1903), Davis (1930) dan Bretz (1942) memperlihatkan bahwa permulaan gua dan kebanyakan pembesaran perguaan terjadi di kedalaman yang acak berada di bawah water table, sering kali pada zona phreatic yang dalam. Gua-gua diperlebar sebagai akibat dari korosi oleh air phreatic yang mengalir pelan. Perkembangan perguaan giliran kedua dapat terjadi jika water table diperrendah oleh denudasi (penggundulan) permukaan, sehingga pengeringan gua dari air tanah dan membuatnya menjadi vadose dan udara masuk kedalam gua. Selama proses kedua ini aliran permukaan dapat masuk ke sistem perguaan dan sedikit merubah lorong gua oleh korosi.
  3. Phreatic Dangkal atau Teori Water Table-Swinnerton (1932), R Rhoades dan Sinacori (1941), dan Davies (1960) mendukung gagasan bahwa air yang mengalir deras pada water tabel adalah yang bertanggungjawab terhadap pelarutan di banyak gua. Eleveasi dari water table berfluktuasi dengan variasi volume aliran air tanah, dan dapat menjadi perkembangan gua yang kuat didalam sebuah zone yang rapat diatas dan dibawah posisi rata-rata. Betapapun, posisi rata-rata water table harus relatif tetap konstan untuk periode yang lama. Untuk menjelaskan sistem gua yang multi tingkat, sebuah water table yang seimbang sering dihubungkan dengan periode base levelling dari landscape diikuti dengan periode peremajaan dengan kecepatan down-cutting ke base level berikutnya.
  • GUA PADA BATU GAMPING, KAWASAN KARST

Dari seluruh proses kejadian terbentuknya gua, yang paling luas dan intensif adalah gua-gua yang terbentuk pada formasi batu gamping yang umumnya kemudian berkembang menjadi suatu bentang alam khas yang dikenal sebagai bentang alam kars (karst, istilah internasional, berasal dari bahasa Jerman yang diperkenalkan oleh Cvijic pada sekitar tahun 1850 dari istilah asli bahasa Slavia krs atau kras setelah ia meneliti suatu daerah gersang di Slovenia/dulu Yugoslavia, timur laut Trieste). Hampir semua goa yang ada dibentuk dari karst (dari bahasa Slavia Krs/Kras yang berarti batu-batuan). Istilah karst dipakai untuk suatu kawasan batu gamping (limestone) yang telah mengalami pelarutan sehingga menimbulkan relief dan pola pengaliran yang khas. Hal ini dicirikan dengan adanya proses geokimia dan kehadiran atmosfer, biosfer, dan hidrosfer sekaligus.

Sejarah geologi karst dimulai pada zaman karbon (sebutan untuk sebuah masa di 354-290 juta tahun lalu) akhir, hingga Perm (290-248 juta tahun lalu) awal yang menimbulkan batuan tertua. Umumnya pada akhir masa Perm awal, terjadi aktivitas tektonik berupa pengangkatan dan pelipatan satuan sabak serta timbulnya sesar mendatar. Pada zaman Trias (248-206 juta tahun lalu) awal, terjadi proses susut laut yang membentuk morfologi batu gamping. Ini akan diikuti dengan intrusi ke permukaan yang menerobos batu gamping, hingga mengakibatkan batu gamping menjadi marmer. Akibat proses gaya-gaya geologi yang berpengaruh, akan terbentuk struktur rekahan yang disebut diaklas, yakni jalur resapan air permukaan dan membentuk morfologi karst. Hal ini akan terus terjadi, entah sampai kapan berakhirnya. Mengapa pembentukan gua sangat intensif di kawasan kars yang batuannya didominasi batu gamping / batu kapur / limestone? Hal ini sangat terkait dengan sifat batu gamping yang unsur utamanya adalah karbonat CaCO3 yang sangat reaktif terhadap larutan asam, khususnya larutan senyawa asam yang mengandung CO2. Walaupun secara kimiawi prosesnya sangat rumit dan kompleks, tetapi proses pelarutan batu gamping secara sederhana mengikuti persamaan reaksi berikut:

CaCO3 + H2O + CO2 Ca+ 2HCO3
Proses dengan panah bolak-balik tersebut menunjukan bahwa air yang mengandung senyawa asam CO2 akan melarutkan karbonat menjadi kalsium dan bikarbonat. Reaksi balik dari kanan ke kiri akan kembali menghasilkan karbonat. Maka selain adanya proses pelarutan yang membawa partikel karbonat sehingga terjadi pelubangan dan pengguaan pada batu gamping, di tempat lain terjadi proses pengendapan karbonat berikutnya. Ini menerangkan proses selain terbentuknya gua itu sendiri, juga terbentuknya hiasan-hiasan gua (stalactite, stalagmite, flowstone, guardam, dll) yang merupakan hasil endapan karbonat dari pelarutan karbonat di tempat lain.

Namun demikian tidak sembarang batu gamping dan tidak sembarang tempat bisa membentuk gua. Gua batu gamping (yang berlorong panjang dan berliku-liku) umumnya berkembang akibat adanya proses pelarutan dan diperbesar oleh proses erosi / abrasi yang mengikuti suatu jaringan retakan pada batu gamping. Sebelumnya, faktor iklim, tanah penutup dan keberadaan air tanah menjadi kontrol utama proses pengguaan ini. Selain itu batu gampingnya sendiri umumnya harus padat, murni karbonat dengan sedikit campuran partikel lain, berlapis baik dan dalam kedudukan mendatar / tidak miring terjal. Kondisi ideal di atas merupakan kondisi ideal bagi berkembangnya perguaan dan biasanya berkembang menjadi kawasan kars tyang luas. Contoh daerah yang mempunyai kondisi ideal tersebut antara lain di Pangandaran, Jawa Barat ; Karangbolong, Gombong Selatan di Jawa Tengah ; Gunung Sewu yang sangat luas mulai dari Yogyakarta, selatan Wonogiri Jawa Tengah hingga Pacitan di Jawa Timur, yang kemudian bahkan menerus ke Tulungagung dan Blitar. Di Sumatra kawasan kars cukup luas berada di Payakumbuh hingga Sawahlunto, di Kalimantan terdapat di Sangkurilang, Kalimantan Timur bagian utara, Sulawesi Selatan di Maros dan Toraja, serta di berbagai tempat di Papua.

  • GUA PADA LAVA BASALT

Lain lagi Pembentukan gua pada batu basalt aliran lava. Proses ini tidak ada kaitannya dengan reaksi kimia, tetapi lebih terkait dengan proses aliran magma yang encer-panas-membara yang keluar dari kawah gunung api. Ketika magma keluar dari kawah, ia akan mengalir di permukaan menuruni lembah sebagai aliran lava (ingat …!!! bedakan dengan lahar yang merupakan banjir bandang dari lereng gunung api). Tentu saja aliran lava ini masih sangat panas membara dalam suhu sekitar 1000oC. Tetapi ketika keluar, segera lava ini kontak dengan suhu udara normal dan lava mulai membeku. Bagian yang membeku dan mengeras lebih dulu adalah bagian permukaan, sementara bagian dalam masih bisa mengalir ke arah lereng bawah. Maka ketika seluruh bahan lava yang masih mengalir di bagian dalam keluar di lereng bawah, akan menyisakan lubang yang di batasi oleh lapisan lava yang mengeras lebih dahulu di permukaan.

Proses gua pada lava biasanya terjadi pada magma yang bersifat encer, umumnya magma basalt yang ketika mengeras menjadi batu berwarna hitam. Jarang sekali gua terbentuk pada lava andesit yang lebih kental, karena begitu magma andesit keluar dari kawah gunung api, begitu pula ia membeku dan mengeras. Namun demikian lorong-lorong pendek yang sempit dan tidak beraturan bisa terbentuk pada bongkah-bongkah lava yang umumnya terjadi pada bagian lereng bawah suatu gunung api. Contoh gua-gua lava yang terkenal berada di Kepulauan Hawaii, sebagian malah berada di bawah laut. Di Indonesia diketahui ada di Purworejo di Gua Lawa.

  • GUA ABRASI

Gua akibat proses erosi atau abrasi bisa terjadi pada berbagai batuan, tetapi umumnya terjadi pada batuan keras dan padat yang membentuk lereng-lereng terjal di tepi pantai dengan gelombang besar. Gelombang yang setiap saat menghantam tebing batu menciptakan proses erosi yang luar biasa yang sedikit demi sedikit mencungkil partikel-partikel pada batu. Lama-lama semakin besar semakin dalam, bahkan bisa tembus pada sisi yang lain. Kondisi struktur geologi berupa retakan yang menjadi zona lemah akan menjadi faktor pertama pembentukan gua abrasi. Nama-nama geografi di pesisir yang bernama karang bolong adalah gua-gua yang terbentuk akibat proses abrasi gelombang ini.

v Goa Maharani

Goa merupakan suatu ruang bawah tanah yang bisa membuat kita begitu takjub. Misteri yang terkandung di dalamnya merupakan sebuah daya tarik tersendiri. Hampir di semua goa yang ada di Indonesia, bahkan di dunia, mempunyai cerita legendanya sendiri. Goa Maharani adalah salah satu Goa di Indonesia yang stalaktit dan stalakmitnya masih aktif atau masih hidup dengan pertumbuhan ± 1cm per sepuluh tahun, dengan panjang rute 350 meter.

Di atap Goa Maharani terukir Stalaktit nan indah dan beraneka ragam bentuk yang menakjubkan yang terbentuk secara alami. Daerah Lamongan merupakan daerah yang sangat miskin terhadap kegiatan volkanik. Sehingga jarang sekali di temui atau bahkan tidak ada jenis batuan beku. Umumnya daerah Lamongan merupakan daerah dataran rendah dengan komposisi batuan berupa Batu pasir, Lempung, Lanau dan batuan jenis endapan lainya. Daerah Lamongan juga mempunyai cadangan batu kapur yang cukup besar.

Di daerah Lamongan selatan terdapat pegunungan kapur yang membentang dari daerah Ngimbang ke timur hingga daerah Kecamatan Mantup. Sedangkan di daerah pesisir utara terdapat Pegunungan Kapur Utara, yang merupakan salah satu pegunungan kapur yang membentang di pesisir utara Pulau Jawa mulai dari Kabupaten Pati (Jawa Tengah) hingga Lamongan (Jawa Timur). Banyak kalangan menyebutnya juga sebagai Pegunungan Kendeng Utara, karena letaknya yang sejajar dengan Pegunungan Kendeng yang membujur di sebelah selatannya. Juga ada yang menyebutnya sebagai Pegunungan Serayu Utara.

Pada rangkaian pegunungan ini terdapat suatu gua yang sangat menarik, yang disebut dengan gua Maharani. Gua ini mempunyai stalaktit dan stalagmite yang masih hidup. Stalagtit dan stalagmite ini masih mengalami pertumbuhan dengan kecepatan 1 cm per sepuluh tahunya. Gua ini berjarak sekitar 500 meter dari pantai utara Jawa dan berada pada kedalaman 25 meter di bawah permukaan tanah. Gua dengan luas 2.500 m2 ini ditemukan pada 6 Agustus 1992 oleh sekelompok penambang fosfat di daerah gua tersebut.

Gua Maharani seperti gua-gua lain yang pada umumnya terbentuk pada daerah dengan batuan utama berupa batuan sedimen yakni lebih khusus lagi hanya pada tubuh batu gamping atau batuan karbonat. Jenis batuan ini memiliki kadar kalsium karbonat yang tinggi. Secara sederhana gua ini terbentuk karena larutnya material batu gamping dan meninggalkan jejaknya berupa rongga-rongga. Rongga-rongga ini bila kemudian saling berhubungan (connected) akan berkembang melebar dan memanjang akibat berlanjutnya pelarutan dan aliran air bawah tanah hingga akan terbentuklah gua-gua.

  • KONDISI LINGKUNGAN GUA MAHARANI
  1. Lokasi

Gua Maharani adalah sebuah gua yang terletak di kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur. Merupakan bagian dari pegunungan kapur utara yang memanjang dari Pati hingga pantai utara Lamongan, Jawa Timur. Gua yang bertempat di Jalan Raya Daen-deles (Pantura) itu kini mulai terkenal sampai ke luar Lamongan, bahkan hingga ke luar Provinsi Jawa Timur.

Berikut adalah Peta Wisata Kabupaten Lamongan:

  1. Kodisi Fisik dan Kimia Gua Maharani

Gua ini letaknya sangat strategis dan menarik karena terletak di dekat pantai kurang lebih 500 m dan berada di tepi jalan Gresik-Tuban tepatnya di kecamatan Paciran Lamongan. Salah satu keajaiban alam berupa gua istana maharani yang menyimpan keindahan alam lebih spesifik dan unik diatas rata-rata gua wisata yang lain. Bahkan menurut prof Dr. KRT.Khoo ahli perguaan internasional dari yayasan speleologi Indonesia di Bogor menilai bahwa stalaktit dan stalakmit di gua istana Maharani masih hidup karenanya keindahan gua ini bisa disejajarkan dengan gua Altamira di Spanyol. Gua Mamonth dan Carlsbad di Amerika Serikat serta Goa Coranche di Perancis.. Gua yang menyimpan sejuta keindahan ini berada dikedalaman 25 m dari permukaan tanah dengan rongga gua seluas 2500 m2.

Stalaktit dan stalagmit yang tumbuh di dalam goa dapat memancarkan cahaya warna warni bila terkena cahaya. Menyadari kelebihan tersebut Pemerintah Daerah Lamongan mengelolanya sebagai obyek wisata primadona. Fasilitas yang dibangun dibagi dalam tiga zone yaitu zone umum, zone peralihan dan zone inti, lokasi goa ini 100 m ketimur dari Tanjung Kodok.

  • KONDISI GEOLOGI GUA MAHARANI

A.Geologi Regional

Secara regional daerah wisata gua Maharani terdiri dari formasi batuan gamping Paciran (Tpp) yang terdiri dari Batu gamping dan lempung karbonat dengan kandungan fosfat yang cukup tinggi. Penyebarab batuan gamping ini hampir merata di sepanjang pantai utara Jawa Timur yang memanjang hingga ke timur hingga daerah Lamongan.

B. Stratigrafi dan Litologi Gua Maharani

Secara stratigrafi, batuan di daerah gua Maharani berupa batuan sedimen yang terdiri atas batu gamping Formasi Paciran, batu lanau Formasi Tuban. Formasi Paciran terdiri dari batu gamping dolomitan dan dolomit. Adanya organik seperti algae, foraminifera besar, molluska dengan ketebalan Formasi Paciran diperkirakan 100-750 m. Sementara Formasi Tuban terdiri dari batu lanau selingan batu gamping pasiran lempungan, setempat mengandung kongkresi dan batu gamping gampingan besian, ketebalan diperkirakan 600m.

C.Morfologi

Daerah sekitar gua maharani merupakan daerah perbukitan yang berhadapan langsung dengan laut Jawa. Di sepanjang pantai yang tepat di depan gua Maharani terdiri atas singkapan-singkapan batu karang yang masih satu Formasi dengan gua Maharani. Vegetasi yang hidup di sekitar gua Maharani merupakan tumbuhan-tumbuhan jenis ringan.


sumber : http://cfcunesa.wordpress.com/proses-terbentuknya-goa-4/

Karst

Proses pembentukan karst

Daerah karst terbentuk oleh pelarutan batuan terjadi di litologi lain, terutama batuan karbonat lain misalnya dolomit, dalam evaporit seperti halnya gips dan halite, dalam silika seperti halnya batupasir dan kuarsa, dan di basalt dan granit dimana ada bagian yang kondisinya cenderung terbentuk gua (favourable). Daerah ini disebut karst asli.

Daerah karst dapat juga terbentuk oleh proses cuaca, kegiatan hidrolik, pergerakan tektonik, air dari pencairan salju dan pengosongan batu cair (lava). Karena proses dominan dari kasus tersebut adalah bukan pelarutan, kita dapat memilih untuk penyebutan bentuk lahan yang cocok adalah pseudokarst (karst palsu).

sumber lain (terdapat gambar animasi penjelasan): http://www.e-dukasi.net/pengpop/pp_full.php?ppid=188&fname=all.htm

Ekosistem karst

Ekosistem karst memiliki keunikan, baik secara fisik, maupun dalam aspek keanekaragaman hayati.

Biota gua

Belum banyak jenis biota gua Indonesia yang diungkapkan. Baru beberapa jenis udang gua (Macrobrachium poeti), kalajengking gua dari Maros (Chaerilus sabinae), kepiting gua buta (Cancrocaeca xenomorpha), kepiting mata kecil (Sesarmoides emdi), isopoda gua (Cirolana marosina), Anthura munae, kumbang gua (Eustra saripaensis), Mateullius troglobiticus, Speonoterus bedosae, ekorpegas gua (Pseudosinella maros), Stenasellus covillae, S. stocki, S. monodi, dan S. javanicus dari karst Cibinong.

GUA DAN PENGHUNINYA

Pendahuluan

Take nothing but picture, Kill nothing but the time, Leave nothing but footprint , (Mengambil tak lain hanya foto, membunuh tak lain hanya waktu, meninggalkan tak lain hanya jejak kaki), motto tersebut merupakan pegangan para penelusur gua yang pada intinya bagaimana menelusuri keindahan gua tanpa perlu merusak dan mengganggunya. Gua merupakan salah satu ciri khas kawasan karst. Kawasan karst atau gunung gamping merupakan kawasan yang unik serta kaya akan sumber daya hayati dan non hayati.

Indonesia mempunyai kawasan karst seluas 20% dari total wilayahnya. Salah satu kawasan karst di Indonesia yang dikenal sebagai Gunung Sewu pernah didengungkan akan dicalonkan sebagai salah satu Warisan Dunia (World Heritage) karena keunikannya.

Batu gamping sebagai salah satu bahan baku pembuatan semen, dengan eksplorasi yang tidak bijaksana, lambat laun warisan dunia yang unik dan terbentuk ribuan tahun ini akan hilang dan hanya menjadi cerita anak cucu kita kelak, jika kita tidak ikut membantu melestarikannya.

  * Definisi Karst
* Penghuni Gua
* Potensi Kawasan Karst


Definisi Karst

Istilah karst yang dikenal di Indonesia sebenarnya diadopsi dari bahasa Yugoslavia/Slovenia. Istilah aslinya adalah �krst / krast' yang merupakan nama suatu kawasan di perbatasan antara Yugoslavia dengan Italia Utara, dekat kota Trieste .

Ciri-ciri daerah karst antara lain :

 * Daerahnya berupa cekungan-cekungan
* Terdapat bukit-bukit kecil
* Sungai-sungai yang nampak dipermukaan hilang dan terputus ke dalam tanah.
* Adanya sungai-sungai di bawah permukaan tanah
* Adanya endapan sedimen lempung berwama merah hasil dari pelapukan batu gamping.
* Permukaan yang terbuka nampak kasar, berlubang-lubang dan runcing.


Bentang alam seperti ini dapat Anda jumpai pada daerah di sekitar daerah Gombong, Jawa Tengah atau daerah Pegunungan Sewu di Gunung Kidul, DIY.


Proses Terbentuknya Gua Gua terbentuk pada dasarnya karena masuknya air ke dalam tanah. Berikut ini tahapan proses terbentuknya gua : a. Tahap awal, air tanah mengalir melalui bidang rekahan pada lapisan batu gamping menuju ke sungai permukaan. Mineral-mineral yang mudah larut dierosi dan lubang aliran air tanah tersebut semakin membesar. b. Sungai permukaan lama-lama menggerus dasar sungai dan mulai membentuk jalur gua horisontal. c. Setelah semakin dalam tergerus, aliran air tanah akan mencari jalur gua horisontal yang baru dan langit-langit atas gua tersebut akan runtuh dan bertemu sistem gua horisontal yang lama dan membentuk surupan (sumuran gua).

Ornamen dan Keindahan Gua

Bentuk ornamen-ornamen gua merupakan keindahan alam yang jarang kita jumpai di alam terbuka. Di tengah kegelapan abadi proses pengendapan berlangsung hingga membentuk ornamen-ornamen gua ( speleothem ). Proses ini disebabkan karena a ir tanah yang menetes dari atap gua mengandung lebih banyak CO2 daripada udara sekitarnya. Dalam rangka mencapai keseimbangan, CO2 menguap dari tetesan air tersebut. Hal ini menyebabkan berkurangnya jumlah asam karbonat, yang artinya kemampuan melarutkan kalsit menjadi berkurang. Akibatnya air tersebut menjadi jenuh kalsit (CaCO3) dan kemudian mengendap.

Berbagai ornamen gua yang sering di jumpai :

  * Stalaktit ( stalactite )
* Stalagmit ( stalagmite )
* Tiang ( column )
* Tirai ( drapery )
* Teras-teras travertin
* Geode (batu permata)
  * Stalaktit ( stalactite )
Terbentuk dari tetesan air dari atap gua yang mengandung kalsium karbonat (CaCO3 ) yang mengkristal, dari tiap tetes air akan menambah tebal endapan yang membentuk kerucut menggantung dilangit-langit gua.
    Berikut ini adalah reaksi kimia pada proses pelarutan batu gamping :
    CaCO3 + CO2 + H2O à Ca2 + 2HCO3
* Stalakmit ( stalacmite )
Merupakan pasangan dari stalaktit, yang tumbuh di lantai gua karena hasil tetesan air dari atas langit-langit gua.
* Tiang ( Column )
Merupakan hasil pertemuan endapan antara stalaktit dan stalakmit yang akhirnya membentuk tiang yang menghubungkan stalaktit dan stalakmit menjadi satu.

Irisan geoode memperlihatkan lingkaran-lingkaran pertumbuhan mineral kuarsa hasil pengendapan air tanah dalam sebuah rongga batuan

   * Tirai (drapery)
Tirai (drapery) terbentuk dari air yang menetes melalui bidang rekahan yang memanjang pada langit-langit yang miring hingga membentuk endapan cantik yang berbentuk lembaran tipis vertikal.
   * Teras Travertin
Teras Travertin merupakan kolam air di dasar gua yang mengalir dari satu lantai tinggi ke lantai yang lebih rendah, dan ketika mereka menguap, kalsium karbonat diendapkan di lantai gua
   * Geode
Batu permata yang terbentuk dari pembentukan rongga oleh aktifitas pelarutan air`tanah. Kemudian dalam kondisi yang berbeda terjadi pengendapan material mineral (kuarsa, kalsit dan fluorit) yang dibawa oleh air`tanah pada bagian dinding rongga.

Kehidupan Gua

Kondisi lingkungan gua yang telah kehilangan cahaya dan relatif stabil dengan suhu rendah dan kelembaban yang tinggi, berbeda dengan kondisi lingkungan di luar gua dimana semua kehidupan didapatkan dari sinar matahari, sehingga dianggap sebagai ekosistem tersendiri walaupun hanya seluas sistem perguaan tersebut. Kondisi lingkungan gua yang telah kehilangan cahaya dan relatif stabil dengan suhu rendah dan kelembaban yang tinggi, berbeda dengan kondisi lingkungan di luar gua dimana semua kehidupan didapatkan dari sinar matahari, sehingga dianggap sebagai ekosistem tersendiri walaupun hanya seluas sistem perguaan tersebut.

Berikut ini ciri-ciri organisme gua :

 1. Tubuh tidak berpigmen.
2. Waktu reproduksinya tertentu.
3. Mempunyai alat gerak yang ramping dan panjang (Jangkrik gua mempunyai antena 20-21 mm).
4. Mempunyai alat indera (alat penggetar) yang sudah berkembang.
5. Mata tereduksi atau hilang sama sekali.
6. Metabolismenya lamabat karena kurangnya suplai makanan.
7. Dapat beradaptasi dengan lingkungan kelembaban yang tinggi.

Gua digambarkan sebagai pulau dengan kumpulan organismenya masing-masing. Dalam klasifikasi klasik, organisme gua dibedakan berdasarkan tingkat adaptasinya terhadap lingkungan gua yaitu:

 1.Trogloxene adalah organisme yang hidup di dalam gua namun tidak pernah menyelesaikan seluruh siklus hidupnya di dalam gua. Kelelawar salah satu contoh hewan trogloxene.
2.Troglophile adalah organisme yang menyelesaikan seluruh siklus hidupnya di dalam gua, namun individu yang lain dari jenis yang sama juga hidup di luar gua, seperti: salamander, cacing tanah, kumbang dan crustacea .
3.Troglobite adalah organisme gua sejati dan hidup secara permanen di zona gelap total dan hanya ditemukan di dalam gua. Contoh : ikan Amblyopsis spelaeus, Puntius sp, Bostrychus sp.

Zonasi Kehidupan Gua berdasar Cahaya Ekosistem gua memiliki ciri khas terbatas dengan absennya cahaya matahari, iklim yang hampir seragam, temperatur yang konstan sepanjang tahun dan kelembaban relatif yang tinggi dan konstan. Berdasarkan ketersediaan cahaya matahari, gua memiliki tiga zonasi :

 1. Zona mulut atau zona terang ( entrance zone ). Pada zona ini terdapat cahaya matahari langsung dan iklim gua sangat terpengaruh oleh faktor luar gua.
2. Zona senja atau zona remang-remang ( twilight zone ) adalah zona dengan cahaya matahari tidak langsung, berupa pantulan cahaya dari zona mulut. Iklim sedikit terpengaruh oleh kondisi luar gua.
3. Zona gelap total ( dark zone ) adalah zona dimana tidak ada cahaya sama sekali. Organisme gua sejati hidup di zona ini.

Potensi Kawasan Karst

Penambangan Batu Gamping di Kawasan Karst

Kawasan karst merupakan bentang alam yang unik dan langka. Karena terbentuk dengan proses yang berlangsung lama dan hanya di jumpai pada daerah-daerah tertentu, sudah barang tentu kawasan karst menjadi obyek eksplorasi dan eksploitasi manusia yang tidak pernah merasa puas. Secara umum kawasan karst mempunyai berbagai potensi yang bermanfaat antara lain :

  * Potensi Ekonomi
* Potensi Sosial
* Potensi Ilmu Pengetahuan

Potensi Ekonomi

Obyek wisata Gua Jatijajar di Kab. Kebumen Jateng

Semakin meroketnya jumlah penduduk tak ayal lagi membuat manusia berusaha untuk bertahan hidup. Gua yang umumnya di jumpai dikawasan karst sudah lama dijadikan manusia sebagai hunian. Selain sebagai hunian, kawasan karst juga tempat untuk pertanian/peternakan, perkebunan, kehutanan, penambangan batu gamping, penambangan guano (kotoran kelelawar), penyediaan air bersih, air irigasi dan perikanan, serta kepariwisataan.

Salah satu pemanfaatan yang merugikan adalah penambangan batu gamping. Dengan menggunakan bahan peledak akan menganggu hewan didalamnya (kelelawar, burung walet).

Pemanfaatan yang baik untuk kelestarian kawasan karst adalah pariwisata yang selalu berusaha untuk mempertahankan keaslian dan keunikan kawasan karst tersebut.

Potensi Sosial

Cerita Mitos Di Gua jatijajar

Nilai sosial-budaya kawasan karst selain menjadi tempat tinggal juga mempunyai nilai spiritual/religius, estitika, rekreasional dan pendidikan. Banyak tempat di kawasan karst yang digunakan untuk kegiatan spiritual/religius. Banyak aspek hubungan antara manusia dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat spiritual khususnya dengan keyakinan masyarakat dengan fenomena alam di sekitarnya seperti halnya gua. Hubungan antara manusia dan alam disekitarnya pada dasarnya akan memberikan pelajaran kepada manusia bagaimana melestarikan alam dan dekat dengan Sang Penciptanya.

Potensi Ilmu Pengetahuan

Penelitian sumber Daya Hayati di dalam gua

Kawasan karst dapat menjadi obyek kajian yang menarik bagi berbagai disiplin ilmu antara lain: geologi, geomorfologi, hidrologi, biologi, arkeologi dan karstologi. Masing-masing disiplin ilmu tersebut mempunyai ketertarikan terhadap kawasan karst karena kandungan fenomenanya sangat berbeda dengan kawasan lain di permukaan bumi ini. Fenomena abiotik, biotik di atas permukaan dan di bawah permukaan kawasan karst masih belum banyak yang terungkap. Kawasan karst masih mengandung berbagai tantangan ilmiah dari berbagai sudut ilmu pengetahuan.

Daerah karst di Indonesia

Kawasan karst di Indonesia mencakup luas sekitar 15,4 juta hektare dan tersebar hampir di seluruh Indonesia. Perkiraan umur dimulai sejak 470 juta tahun lalu sampai yang terbaru sekitar 700.000 tahun. Keberadaan kawasan ini menunjukkan bahwa pulau-pulau Indonesia banyak yang pernah menjadi dasar laut, namun kemudian terangkat dan mengalami pengerasan. Wilayah karst biasanya berbukit-bukit dengan banyak gua.

Berikut adalah wilayah karst di Indonesia[1]:

Kawasan Pegunungan Sewu, Pegunungan Maros, dan Pegunungan Lorentz telah diusulkan ke UNESCO untuk menjadi Kawasan Warisan Dunia.

Sisa-sisa permukiman manusia purba ditemukan di Leang Cadang, Leang Lea, dan goa-goa lainnya di Maros, Goa Sampung dan Goa Lawa di Ponorogo, Goa Marjan dan Goa Song di Jember, Song Gentong (Tulungagung), Song Brubuh, Song Terus, dan Goa Tabuhan di Pacitan. Lukisan atau cap dinding ditemukan di kawasan Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan dan Tenggara, Kepulauan Kai, Seram, Timor, serta Papua. Ini menunjukkan indikasi migrasi manusia ke arah timur. Selain itu ditemukan pula berbagai sisa berbagai jenis vertebrata berusia 1,7 juta tahun hingga 700.000 tahun.


sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Karst

Kumpulan Situs Penting
My Photo
Watampone
Dengan segala kerendahan hati kami mohon maaf atas segala kekurangan kami. Blog ini dibuat hanya untuk saling memberi sedikit informasi kepada teman-teman. Tak ada sedikitpun di dalamnya bertujuan untuk sebuah materil Berkarya tanpa batas, tanpa penindasan