KARST 03: perjuangan
JUDUL : UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI
DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA
KELAS VIII SMP NEGERI 1 ANGGERAJA KABUPATEN
ENREKANG
sumber data....
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat akan mempengaruhi tatanan sosial kemasyarakatan. Teknologi informasi saat ini dan yang akan datang merupakan tantangan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama yang berkaitan dengan masalah pendidikan. Pendidikan adalah suatu kegiatan universal dalam kehidupan manusia untuk mengupayakan manusia yang berkualitas. Oleh karena itu usaha kongkrit dari berbagai pihak yang terlibat langsung dalam kegiatan tersebut.
Salah satu masalah pendidikan yang kita alami sampai saat ini adalah masalah mutu pendidikan yang merupakan masalah nasional yang sedang dihadapi dan mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dalam sistem pendidikan nasional di Indonesia.
Kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai melalui pendidikan yang baik dan terencana dengan tepat. Upaya peningkatan mutu pendidikan diharapkan dapat menaikkan harkat dan martabat manusia Indonesia untuk mencapai itu, pendidikan harus adaptif terhadap perubahan zaman.
Sesuai dengan apa yang tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional RI Nomor 20 tahun 2003 Bab I Pasal I dinyatakan bahwa:
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar Negeri Republik Indonesia 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. (Sisdiknas, 2003: 27)
Sumberdaya manusia yang berkualitas yaitu sumberdaya manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK). Dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, inilah lembaga pendidikan mempunyai peran yang sangat penting, usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan melakukan perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan media pembelajaran, penyuluhan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya arti pendidikan, perluasan kesempatan memperoleh pendidikan bagi anak-anak usia sekolah serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya.
Usaha Peningkatkan mutu pendidikan senantiasa dicari, diteliti dan diupayakan melalui kajian berbagai komponen pendidikan, seperti perbaikan dan penyempurnaan kurikulum, bahan-bahan instruksional, penataran guru dan proses belajar mengajar. Demikian pula sarana dan fasilitas belajar lainnya, tidak seluruh usaha tersebut berhasil dengan benar. Oleh karena itu, dalam teori belajar mengajar dikatakan bahwa yang diperuntukkan bagi siswa yang hendaknya disesuaikan dengan perkembangan mereka (Baharuddin, 1991).
Pembangunan sarana dan prasarana pendidikan telah lebih ditekankan pada penyediaan fasilitas belajar mengajar (media pembelajaran), fasilitas ini harus dimiliki oleh setiap sekolah dalam jumlah yang cukup dan memenuhi syarat. Tetapi pada kenyataannya banyak sekolah-sekolah yang belum menyediakan atau dapat dapat memfungsikan fasilitas belajar mengajar (media) yang telah ada.
Sejalan dengan hal di atas maka usaha peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Menengah Pertama sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam proses belajar mengajar hendaknya tidak didominasi kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang menyediakan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan potensi dan aktivitasnya melalui kegiatan belajar.
Menurut Sudjana (1989), salah satu alternatif yang dapat ditempuh oleh guru adalah kegiatan penggunaan media pendidikan dalam proses belajar mengajar. penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi mempunyai nilai praktis. Dengan demikian, penggunaan media yang tepat dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Media Pembelajaran Geografi terdiri dari beberapa jenis media yang biasa digunakan dalam proses belajar mengajar, seperti: Peta, atlas, globe, gambar atau potret, slide, video pendidikan, VTR, diagram atau grafik, dan media cetak. Namun, dilihat dari kondisi keterjangkauan Sekolah lokasi penelitian dalam pemenuhan media pembelajaran.
Pemakaian media dalam proses pembelajaran akan dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Selain itu media juga dapat berguna untuk membangkitkan gairah belajar, memungkinkan siswa untuk belajar mandiri sesuai dengan minat dan kemampuannya. Media dapat meningkatkan pengetahuan, serta memberikan fleksibilitas dalam penyampaian pesan. Selain itu media juga berfungsi sebagai alat komunikasi, sebagai sarana pemecahan masalah dan sebagai sarana pengembangan diri.
Jadi dapat dirumuskan bahwa fungsi media gambar dalam pembelajaran adalah untuk membangkitkan hasil belajar dan motivasi belajar siswa dan sebagai alat komunikasi dalam menyampaikan pesan (materi pembelajaran) yang lebih kongkrit pada siswa sehinmgga lebih mudah dipahami. Oleh karena itu penulis hanya menggunakan beberapa media pembelajaran khususnya mata pelajaran Geografi yaitu media gambar.
Melalui penggunaan media pengajaran diharapkan dapat mempengaruhi kualitas hasil belajar siswa memilih dan menggunakan media harus sesuai dengan kriteria. Sehubungan dengan hal tersebut Sudjana dan Rivai (2001) berpendapat bahwa memiliki media untuk kepentingan pengajaran sebaiknya memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut:
a. Ketetapannya dengan tujuan pengajaran.
b. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran.
c. Kemudahan memperoleh media.
d. Keterampilan guru dalam menggunakannya.
e. Sesuai dengan taraf berpikir siswa
Dilandasi keyakinan akan pentingnya peran media dalam Upaya peningkatan hasil belajar geografi, maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian mengenai “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Geografi siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Anggerja Kabupaten Enrekang dengan Menggunakan Media Gambar”.
B. Rumusan Masalah
Sebagaiman uraian pada latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
a) Bagaimana motivasi belajar siswa dengan menggunakan media gambar pada mata pelajaran geografi terhadap siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Anggeraja?
b) Bagaimana hasil belajar siswa yang menggunakan media Gambar pada mata pelajaran geografi terhadap siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Anggeraja?
c) Sebutkan faktor yang menghambat dan mendukung dalam peningkatan hasil belajar geografi dengan menggunakan media gambar pada siswa kelas VIII SMP negeri 1 Anggeraja Kabupaten Enrekang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan yang ingin dicapai di dalam pelaksanaan penelitian adalah :
a) Untuk mengetahui motivasi belajar siswa dengan menggunakan media gambar pada mata pelajaran geografi terhadap siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Anggeraja?
b) Untuk mengetahui hasil belajar geografi dengan menggunakan media Gambar pada mata pelajaran geografi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Anggeraja kabupaten Enrekang?
c) Sebutkan faktor yang menghambat dan mendukung dalam peningkatan hasil belajar geografi dengan menggunakan media gambar pada siswa kelas VIII SMP negeri 1 Anggeraja Kabupaten Enrekang
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk melatih penulis dalam mengungkapkan pemikiran secara ilmiah dan sistematis, juga menambah pengetuhan bagi peneliti khususnya setelah terjun ke lapangan dapat menggunakan media yang tepat.
2. Untuk bahan bacaan kepustakaan dan referensi bagi peneliti selanjutnya untuk jenis peneliti yang relevan.
3. Sebagai bahan informasi bagi guru Geografi untuk memikirkan alternatif yang dapat meningkatkan hasil belajar Geografi siswa , misalnya melalui penggunaan media pada pembelajaran Geografi.
4. Untuk memberikan informasi kepada pembaca khususnya, pada peneliti yang lain yang mengkaji tentang penggunaan media pembelajaran Geografi terhadap peningkatan hasil belajar Geografi.
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Media
a. Pengertian Media Pendidikan
Menurut Arsyad (1997) kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah, media berarti perantara atau pengantar dari pengirim ke penerima. Menurut Rohani (1997) ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli tentang media pendidikan diantaranya adalah:
1) Media adalah bentuk yang dipakai orang menyebarkan ide sehingga ide itu atau gagasan itu sampai pada penerima (Santoso).
2) Media adalah Chaenel atau saluran karena pada hakekatnya media telah memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar dan melihat dalam batas-batas jarak, ruang dan waktu tertentu . dengan bantuan media , batas-batas itu hampir menjadi tidak ada.
3) Media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi (Association of Education and Communication Technology).
4) Media adalah segala benda yang manipulasi, dilihat, didengar dan dibaca atau dibicarakan, beserta intrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut. (Nation Education Association).
5) Media segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan merangsang yang sesuai untuk belajar seperti media cetak dan elektronik (Brigg).
6) Pengertian media ada 2 bagian, yaitu dengan arti sempit dan arti lua. (Ely dan Gerlach).
a) Arti sempit, bahwa media itu berwujud: Grafik, foto, alat mekanik dan alat elektronika yang digunakan untuk menangkap, memproses serta menyampaikan informasi.
b) Menurut arti luas yaitu kegiatan yang dapat diciptakan suatu kondisi sehingga memungkinkan peserta didik untuk dapat memperoleh pengetahuan dan sikap baru.
Selanjutnya Arsyad (1997), menambahkan beberapa pendapat para ahli tentang media, yaitu:
1) Heldik, dkk (1982) mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi informasi antar sumber dan penerima.
2) Giagne dan Briggs (1975), media adalah kompunen atau sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional dilingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
3) Hamidjojo dalam Latuheru (1993), memberi batas media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan atau pendapat sehingga ide atau gagasan pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju.
4) Hamalik (1994), media adalah alat Bantu yang digunakan untuk memperlancar komunikasi secara maksimal.
5) Menurut Denim (1995), media pendidikan adalah seperangkat alat Bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik.
Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa media pendidikan adalah alat atau perantara yang dikemukan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa agar mudah dipahami dan ditangkap maknanya oleh siswa sehingga dapat meningkatkan baik motivasi maupun hasil belajar siswa pada khususnya.
Satu konsep lain yang sangat berkaitan dengan media pembelajaran adalah istilah konsep belajar. Sumber belajar memiliki cakupan yang luas dari pada media belajar. Sumber belajar dapat berupa pesan, orang, bahan, alat, teknik dan latar atau lingkungan. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang diluar peserta didik yang memungkinkan terjadinya sumber belajar (Rohani: 1998).
Edgan Dale berpendapat bahwa sumber belajar adalah pengalaman-pengalaman yang dialami oleh setiap orang yang dapat menimbulkan peristiwa belajar. Assosiation for Education Commucation and Technology (AECT) membatasi sumber belajar dengan bentuk saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi sedangkan National Education Association (NEA). Menyatakan bahwa sumber belajar adalah bentuk-bentuk komunikasi baik cetak maupun visual serta segala perantara (Sudjarwo,1998).
b. Jenis Media pendidikan
Dalam melaksanakan pembelajaran telah dikenal sebagai alat peraga. Penggunaan berbagai jenis peraga ditentukan oleh tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan adanya perbedaan yang disebabkan oleh tersedianya bahan untuk mengadakan alat peraga di beberapa sekolah (Prawoto, dalam Nurbaeti Syutin, 2004).
Menurut Raharjo (1994), karakteristik alat peraga yang sering digunakan di Indonesia adalah:
1) Papan tulis, papan planel, dan papan bulletin.
Papan tulis, papan planet dan papan bulletin merupakan peralatan tradisional yang sangat diperlukan adanya ditiap kelas. Cocok untuk semua atau jenjang sekolah.
2) Media gambar
Media grafis teegolong media visual (media pandang), menyalurkan pesan dari sumber kepada penerima mengandalkan indera penglihatan. Pesan dituangkan dalam bentuk symbol-simbol komunikasi visual, contohnya gambar, sketsa, diagram, bagan (charta) grafik, kartun, postr, dan peta.
3) Media Audio
Media audio terkait dengan pendengaran. Pesan yang dituangkan dalam bentuk audiotif. Media ini memiliki perangkat lunak antara lain radio dan recorder.
4) Media Proyeksi
Media proyeksi merupakan proyektor sebagai perangkat lunak. Yang termasuk dalam alat peraga proyeksi adalah slide, transparansi, dan film.
5) Media tiga dimensi
Media tiga dimensi adalah benda yang menggambarkan benda yang sesungguhnya dalam bentuk tertentu atau tiga dimensi. Yang termasuk dalam media ini adalah model/forgo, sardimen, faksidermi, market/miniature dan bahan lain dari alam.
Sardiman dalam Nurbaeti Syutin (2004), mengelompokkan media pendidikan dalam tiga kelmpok yaitu:
1) Alat yang merupakan benda yang sebenarnya yang memberikan pengalaman langsung dan nyata.
2) Alat yang merupakan bahan pengganti yang seringkali dalam bentuk tiruan dari benda-benda yang sebenarnya. Ini merupakan pengalaman buatan secara tidak langsung.
3) Bahasa baik lisan maupun tulisan memberikan pengalaman melalui bahasa.
c. Media Pengajaran Geografi
Menurut Sumaatmadja (2001) pengajaran Geografi hakikatnya adalah pengajaran tentang gejala-gejala Geografi yang tersebar di permukaan bumi. Untuk memberikan citra tentang penyebaran dan lokasi gejala-gejala tadi kepada anak didik, tidak dapat hanya diceramahkan, ditanyajawabkan didiskusikan melainkan harus ditunjuk dan diperagakan. Mengingat daya jangkau dan pandangan terbatas, penunjukan serta peragaan. Mengingat daya jangkau dan pandangan kita terbatas, penunjukkan serta peragaan itu dilakukan dengan pengajaran Geogafi. Adapun media pengajaran Geografi tersebut antara lain:
1) Peta, peta merupakan konsep dan hakekat dasar pada Geografi dan pengajaran Geografi. Oleh karena itu, mengajarkan dan mempelajari Geografi tanpa peta, tidak akan membentuk citra dan konsep yang baik pada diri anak didik yang dapat meningkatkan kongnitif, afektif dan psikomotor mereka haruslah memanfaatkan peta. Prosesnya mulai pengenalan, pembacaan, pemilihan dan pembuatan, melalui proses ini mereka dibimbing untuk mengerti, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi penyebaran lokasi gejala dan relasi keruangannya satu sama lain.
2) Atlas, atlas adalah kumpulan bermacam-macam peta yang membentuk simbol-simbol, tulisan dan bahasa dengan penafsiran yang sama, pada atlas ini disajikan berbagai peta berdasarkan kenegaraan, gejala alam, penyebaran, sumberdaya, penyebaran aspek kebudayaan dan lain sebagainya. Penggunaan dan pemanfaatan atlas pada pengajaran Geografi oleh anak didik perlu mendapatkan bimbingan.
3) Globe, globe merupakan bentuk dan model yang sangat mini dari bola bumi. Globe ini selain fungsinya sama dengan peta dan atlas lebih jauh lagi dapat membina dan mengembangkan citra tentang konsep tentang waktu, iklim, musim dan gejala-gejala alam lainnya baik yang berkenaan dengan atmosfer, hidrosfer maupun litosfer. Dengan demikian pengunaan dan pemanfaatan sebagai media pengajaean Geografi dapat lebih meningkatkan kemapuan kongnitif, afektif, dan psikmotor anak didik tentang relasi keruangan gejala-gejala Geografi dipermukaan bumi.
4) Gambar dan potret, yang berkenaan dengan gejala-gejala Geografi selain diadalkan oleh sekolah dan guru, dapat pula pengadaannya ditugaskan kepada anak-anak. Dengan demikian adapun fungsi gambar dan potret dalam pengajaran Geografi yaitu agar peningkatan citra dan konsep kepada anak didik dapat terpenuhi.
5) Slide,film dan VTR merupakan media pengajaran modern yang dapat membantu membina citra dan konsep Geografi lebih meningkat pada diri anak didik. Sampai saat ini terutama bagi sekolah-sekolah daerah-daerah terpencil media ini masih merupakan barang mewah.
6) Diagram dan grafik yang dapat dideskripsikan data kualitatif gejala-gejala Geografi, dapat membantu meningkatkan citra dan konsep Geografi yang bersifat matematis-kuantitatif kepada anak didik. Dari citra dan konsep tadi mereka akan memahami tentang relasi, interelasi dan interaksi keruangan gejala-gejala geografi yang dapat menimbulkan ketimpangan dan masalah.
7) Media cetak yang berupa surat kabar, majalah dan terutama buku. Media menjadi sumber informasi yang memperkaya citra dan konsep Geografi kepada anak didik. Pemanfaatannya tentu saja menuntut prasarat tentang kemampuan dan minat baca serta kemampuan berbahasa. Oleh karena itu, secara bertahap prasyarat ini dipenuhi melalui tugas membaca dari guru Geografi.
Hal demikian guru Geografi menyelenggarakan PBM secara komperhensip integral dengan menerapkan berbagai medel dan menggunakan berbagai media yang serasi dengan pokok bahasan dan mencapai tujuan intuksional.
d. Media Gambar
1. Pengertian Media Gambar
Medium (jamak, media) adalah sebuah saluran komunikasi. Kata media tersebut diambil dari kata bahasa latin yang berarti”antara”. Istilah ini mengacu pada sesuatu yang membawa informasi antara sebuah sumber penerima (Heinich, Molenda, Russel , 1996: 8).
Secara khusus media gambara adalah penyajian visual dua dimensi yang memanfaatkan rancangan gambar sebagai sarana pertimbangan mengenai kehidupan sehari-hari, misalnya yang menyangkut manusia, peritiwa, benda, benda, tempat , dan sebagainya. Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2001:68) media gambar adalah media yang mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas dan kuat melalui kombinasi pengungkapan kata-kata dan gambar-gambar.
Secara khusus media gambar berfungsi untuk memberikan variasi dan fakta yang kemungkinan akan dilupakan atau diabaikan. Media gambar merupakan media sederhana, mudah dalam pembuatannya, dan murah harganya. Media gambar atau media grafis terdiri atas gambar, bagan, diagram, grafik, foster, kartu, dan komik.
2. Penggunaan Media Gambar dalam Pembelajaran
Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2001:68) yang perlu diperhatikan dalam penggunaan.media gambar dalam pembelajaran adalah :
a. Gambar yang bagus, menarik, jelas dan nudah dimengerti.
b. Apa yang digambar harus cukup penting dan cocok hal yang dipelajari
c. Gambar harus benar dalam arti harus dapat menggambarkan situasi yang serupa jika dilihat pada keadaan yang sebenarnya.
d. Gambar memiliki kesederhanaan dalam arti tidak rumit sehingga sulit untuk dipahami.
e. Gambar harus sesuai dengan kecerdasan orang yang melihatnya,
f. Ukuran gambar harus sesuai dengan kebutuhan.
3. Prinsip Umum Penggunaan Media Gambar
Jadi dalam pengajaran dengan menggunakan media gambar harus memiliki prinsip penggunaan media gambar (Heinich, Molenda, Russel, 1996: 8).
a. Gambar harus relistis dan digunakan dengan hati-hati, karena gambar yang amat rinci dengan realisme yang sulit diproses dan dipelajari seringkali mengganggu perhatian..
b. Gambar harus berfungsi untuk melukiskan perbedaan konsep-konsep
c. Warna harus digunakan untuk mengarahkan perhatian dan membedakan komponen-komponen.
4. Kelebihan dan Kelemahan Media Gambar
Media gambar sebagai salah media pembelajaran mempunyai kelebiahan dan kelemahan sebagai berikut :
Kelebihan :
a. Sifatnya kongkrit. Artinya gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata.
b. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa dalam kelas.
c. Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita
d. Media gambar dapat menjelaskan suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah dan membetulkan kesalah pahaman.
e. Media gambar murah harganya dan gampang didapat serta digunakan, tanpa perlu peralatan khusus.
Kelemahan :
a. Gambar hanya menekankan persepsi indra mata.
b. Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan mengajar belajar.
c. Ukurannya sangat terbatas, tidak memadai untuk kelompok besar.
e. Peranan Media dalam Pengajaran Geografi
Dalam pembelajaran Geografi tanpa menggunakan media pendidikan sering dilakukan di dalam proses belajar mengajar. Hal ini dikenal juga sebagai pembentuk pembelajaran tradisional dan yang paling umum adalah metode ceramah. Penggunaan metode ini dalam pembelajaran Geografi akan bersifat verbal karena guru menyampaikan informasi dalam bentuk lisan atau biasa disertai penulisan di papan tulis (Hamalik, 1994)
Secara sederhana metode ceramah ini paling mudah dilaksanakan dan paling sering digunakan oleh guru. Menurut Haryangnti (2001), proses belajar mengajar dari sistem seperti ini adalah model pembelajaran dengan komonikasi satu arah (Teaching Direchted), dimana yang aktif 90% adalah model pengajaran seperti itu dianggap kurang mengesplorasi wawasan pengetahuan siswa, sikap dan perilaku siswa karena selama ini proses belajar mengajar apabila konsentarasi siswa kurang optimal, maka siswa akan mendapatkan kesulitan untuk menerima materi yang diajarkan saat itu., sehingga sulit juga bagi siswa untuk bagi siswa untuk menyimpan materi tersebut dalam ingatan atau memori atau kesan siswa. Kekurangan inilah yang besar pengaruhnya dan dapat menghambat kegiatan belajar sisswa, khususnya apabia siswa tidak termotivasi dengan baik dan materi yang diajarkan bersifat kompleks.
Untuk menjelaskan konsep-konsep tertentu dalam Geografi kadang timbul kesan yang bersifat abstrak seperti halnya dalam konsep perhubungan dan pengangkutan. Sehinga siswa masih sulit memahami apabila hanya diajarkan dengan menggunakan metode ceramah Menurut Joseph R. Royche dalam Prawoto (1998) . dalam mempelajari sains, termasuk Geografi ada 4 cara untuk melihat kenyataan yaitu: 1) berfikir, 2) Merasakan, 3) Mengindera, dan 4) percaya. Untuk merasakan, mengindera dan percaya siswa membutuhkan lebih dari sekadar metode ceramah melainkan dengan menggunakan metode-metode pengajaran yang relevan dengan kondisi siswa, sekolah, dan lingkungan sekitarnya.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar (Hasil Belajar)
Berbicara mengenai prestasi belajar, maka terlebih dahulu akan dikemukakan arti prestasi dan arti belajar itu sendiri, sebelum membahas pengertian prestasi belajar.
Menurut kamus umum bahasa Indonesia, kata prestasi berarti hasil yang dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya), Poerwardarmanto (1976).
Prestasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil nyata yang dicapai seseorang (siswa) dari rangkaian usahanya (belajar) dengan kemampuan, kecakapan, keterampilan, yang dapat diukur nilainya (evaluasi) setelah melakukan pekerjaan tertentu. Untuk mendapatkan pengertian yang objektif tentang belajar, maka dibawah ini beberapa pendapat ahli psikologi, khususnya ahli psikologi pendidikan tentang balajar sebagai berikut:
Tabrani Ruyan dalam Darmawati (2006) menyatakan bahwa: belajar adalah suatu proses perubahan individu melalui interaksi dengan lingkungan, sedangkan Oemar Hamalik dalam Darmawati (2006) memberikan defenisi belajar sebagai berikut: “ Belajar adalah suatu perbuatan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam bertingkah laku berkat pengalaman latihan”
Kemudian Slameto (1995) menyatakan bahwa: “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”
Selanjutnya Rahadi (2003) mengemukakan hal yang senada bahwa “ Belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk merubah prilakunya.”
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah usaha yang dilakukan seseorang dalam proses perubahan tingkah laku yang merupakan hasil pengalaman sendiri, latihan dan kemampuan berinteraksi dengan lingkungan sendiri.
Dari pernyataan yang telah dikemukakan diatas baik itu pengertian mengenai prestasi maupun pengertian mengenai belajar, maka prestasi dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan yang dicapai setelah melakukan kegiatan belajar, hal ini sama seperti yang diungkapkan oleh Mappa (1972), mengemukakan bahwa Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam bidang studi tertentu dengan menggunakan tes standar sebagai alat pengukur keberhasilan belajar seseorang.
Hal demikian penguasan pengetahuan dan keterampilan merupakan wujud dari prestasi belajar. Tinggi rendahnya prestasi belajar tergantung pada tingkat penguasaan materi pelajaran kurang maka prestasi belajar yang dicapai kurang atau rendah, demikian pula sebaliknya, bila tingkat penguasaan terhadap materi pelajaran tinggi, maka prestasi belajar pun tinggi.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa
Usaha untuk prestasi belajar tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua yaitu: faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri siswa yang sedang belajar sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar diri siswa.
Prestasi belajar yang dicapai siswa pada hakekatnya merupakan hasil interaksi berbagai faktor tersebut. Oleh karena itu, pengenalan guru, orang tua, terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa penting sekali demikian halnya dengan siswa itu sendiri.
Menurut Slameto (1995: 56) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah
1) Faktor intern yang terdiri dari:
a) Faktor jasmaniah seperti kesehatan, cacat tubuh
Proses belajar siswa akan terganggu jika kesehatan jasmani siswa terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk, jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan fungsi alat inderanya serta tubuhnya.
Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan jasmaninya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan tentang bekerja, tidur, makan, olahraga, dan lain-lain.
b) Faktor Psikologi
Faktor psikologis yang mempengaruhi proses belajar siswa antara lain:
(1) integensi
(2) Perhatian
(3) Minat
(4) Bakat
(5) Motivasi
(6) Kamatangan
(7) Kesiapan
c) Faktor kelalahan
Faktor keleahan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: kelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbulnya kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk sesuatu hilang
.
2) Faktor ekstern yang terdiri dari:
a) Faktor keluarga meliputi:
(1) Cara orang tua mendidik
(2) Relasi antar anggota keluarga
(3) Suasana rumah
(4) Keadaan ekonomis keluarga
(5) Pengertian orang tua
(6) Latar belakang kebudayaan
b) Faktor sekolah meliputi:
(1) Guru sebagai pengajar
(2) Metode mengajar
(3) Alat pengajaran
(4) Disiplin sekolah
(5) Relasi guru dengan siswa
(6) Waktu sekolah
(7) Standar pelajaran di atas ukuran
Dari sekian banyaknya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, alat pengajaran merupakan salah satu bagian dari faktor yang juga sangat mempengaruhi prestasi belajar, olehnya itu penggunaan alat pengajaran yang sesuai dengan materi pelajaran, perlu untuk diperhatikan diantaranya penggunaan media pengajaran media sangat bermanfaat dalam memberikan motivasi dan penjelasan yang lebih kongkrit dalam proses belajar mengajar bagi siswa sehingga sedikit banyaknya menunjang peningkatan prestasi atau hasil balajar siswa.
3. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi
Yang dimaksud dengan ”motif” adalah segala daya yang mendorong sesorang untuk melakukan sesuatu. Istilah motivasi acapkali dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran. Pada umumnya orang mengaitkan dengan psikologi pendidikan. Dalam psikologi pendidikan dikenal beberapa teori, konsep, dan model yang berbeda – beda tersebut didasarkan pada cara berpikir, sudut pandang, serta latar belakang. Dari para ahli yang secara individu berbeda-beda.
Ada beberapa pendapat mengenai motivasi. David Mc.Cellend, Abraham Maslow, Wand dan Brow, mengemukakan bahwa motifasi adalah suatu proses psokologi yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri sesorang. Selanjutnya Berelson dan Stainer mengemukakan bahwa motifasi adalah suatu usaha sadar untuk mempengaruhi prilaku sesorang, agar mengarah pada tercapainya suatu tujuan. Berelson dan Stainer mengartikan bahwa motif pada hakikatnya merupakan terminologi umum yang memberikan makna, daya dorong, keinginan, kebutuhan serta kemauan.
Menurut asal katanya, motivasi berasal dari bahasa latin movere yang berati menggerakkan. Wolodkowski (1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan prilaku tertentu, dan memberikan arah dan ketahanan pada tingkah laku tersebut. Sedangkan menurut Mc Donald, motifasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan didahului dengan adanya tanggapan terhadap adanya tujuan. Martin Handoko (2002:9) mengartikan motivasi itu sebagai suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri manusia, yang menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasikan tingkah lakunya.
Motivasi merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembelajaran dan merupakan sesuatu yang sangat sulit diukur. Menurut Slavin (1997:345), kemauan untuk belajar merupakan hasil dari beberapa faktor, yaitu kepribadian, kebiasaan, serta karateristik belajar siswa.
b. Fungsi Motivasi dalam Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, motivasi itu sangat penting. Martin Handoko (2002:9) merumuskan”montion is on essential condition of learning”. Demikian pula, hasil belajar siswa banyak ditentukan oleh motivasi yang dimilkinya. Semakin besar motivasi yang ada dalam diri siswa, makin besar pula hasil belajar yang akan dicapai. Demikia pula, semakin tepat motivasi yang diberikan guru, semakin baik pula hasil dari proses pembelajaran. Motivasi menentikan itensitas usaha siswa untuk melakukan sesuatu termasuk belajar.
c. Factor – factor yang mempengaruhi motivasi belajar
a. Intelegensi
b. Kebutuhan belajar
c. Minat
d. Dan sifat pribadi.
Keempat faktor tersebut saling mendukung dan perlu ditumbuhkembangkan dalam diri siswa, sehingga diharapkan tercipta semangat belajar yang tinggi, lalu pada tahap berikutnya siswa mampu melakukan aktivitas demi tercapainya tujuan pemenuhuan kebutuhannya.
4. Penentuan Model Pembelajaran
Masalah penentuan model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar bertitik tolak dari :
a. Materi pelajaran
Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan pembelajaran salah satunya disebabkan oleh penentuan model pembelajaran yang kurang tepat dengan bahan pembelajaran atau materi pelajaran.
b. Efektifitas model pembelajaran
Penggunaan model pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi pembelajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Oleh karena itu efektifitas model pembelajaran dapat terjadi bila ada kesesuaian antara model pembelajaran yang digunakan dengan semua komponen pembelajaran yang telah diprogramkan dalam rencana pelajaran sebagai persiapan tertulis.
c. Pentingnya penentuan model pembelajaran
Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar adalah tercapainya tujuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu sumber pembelajaran berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif sebagai kegiatan siswa di kelas. Salah satu kegiatan yang harus guru lakukan adalah menentukan model pembelajaran yang digunakan sesuai dengan materi yang diajarkan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan model pembelajaran.
Guru lebih mudah menentukan model pembelajaran yang cocok dengan situasi yang dihadapinya, jika memahami karakteristik dan sintaks dari masing-masing model pembelajaran. Penentuan model pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor : 1) peserta didik, 2) tujuan, 3) situasi, 4) fasilitas, 5) guru.
5. Metode Mengajar Geografi.
Metode mengajar dalam proses belajar memegang peranan yang sangat penting. Hal ini dikarenakan metode mengajar akan mempengaruhi situasi kelas secara khusus dan pelaksanaan proses belajar mengajar secara umum. Situasi kelas yang diharapkan adalah situasi yang dapat merangsang siswa untuk belajar, sehingga tujuan dari proses belajar-mengajar akan dicapai secara optimal.
Menurut Danim (1995), mengajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengorganisasian atau menata sejumlah sumber potensi secara baik dan benar sehingga terjadi proses belajar-mengajar. Implikasi definisi adalah bahwa peranan guru bukanlah mentransmisikan atau mendistribusikan pengetahuan kepada peserta didik semata-mata, akan tetapi sebagai direktur belajar.
Metode mengajar akan mempengaruhi kegiatan belajar peserta didik. Selain itu, metode mengajar akan lebih efektif digunakan bila memperhitungkan kemampuan dan kesiapan mental siswa sehingga tujuan mengajarkan materi pelajaran itu akan tercapai secara optimal. Kemampuan, keterampilan, dan sikap yang dipilih guru harus relevan dengan tujuan belajar dan disesuaikan dengan sturktur kognitif yang dimiliki peserta didik. Hal ini dimaksud agar terjadi interaksi antara guru dan siswa.
Pemilihan metode mengajar dipengaruhi oleh tujuan pembelajaran, materi pelajaran, sarana yang tersedia dan dapat digunakan, peserta dan media pembelajaran yang digunakan.
Ada beberapa metode pengajaran yang umum digunakan, yaitu :
a. Metode Ceramah
b. Metode Penugasan
c. Metode Tanya jawab
d. Metode Peragaan/Demonstrasi.
e. Metode Kariawisata
f. Metode Diskusi
Masing-masing metode mengajar yang umum dipergunakan tersebut memiliki kelebihan, kekurangan dan persyaratan serta media termasuk alat Bantu yang berbeda. Terkait dengan tulisan/skripsi ini, kami mencoba memilih beberapa metode mengajar karena relevan dengan mata pelajaran geografi di SMP.
a. Metode Ceramah.
Pada proses belajar mengajar bidang pendidikan dan bidang apapun, metode caramah menjadi metode dasar yang sukar untuk ditinggalkan. Kita telah menyadari bahwa metode ceramah secara langsung tidak melibatkan siswa secara aktif. Oleh karena itu kita menggunakan metode ceramah bervariasi atau multimetode. Metode ini disebut ceramah apabila materi yang diberikan tidak merupakan materi pelajaran yang harus dikuasai oleh pendengarnya. Pada keadaan ini pemaparan materi lebih bersifat pemasyarakatan atau penerapan kepada kelompok yang lebih terbuka, artinya pendengar berasal dari berbagai kalangan yang tidak harus sergam atau terbatas. Matode ini disebut kuliah apabila materi yang disampaikan adalah pelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik.
Pada penerapan metode ceramah, pengajar memberikan penjelasan mengenai materi yang diajarkan, tanpa membaca atau dengan membaca catatan atau buku. Siswa mendengarkan dan memperhatikan.
Ciri utama metode ini adalah :
1). Lebih bersifat satu arah, yaitu arus penjelasan dari pengajar kepada peserta didik.
2). Hampir seluruh waktu pembelajaran dikuasai oleh widyaswara, karena itu pengajar dapat mengatur dan menyelesaikan seluruh rencana pemberian materi pelajaran.
3). Siswa, kurang memiliki kesempatan atau bertanya.
4). Materi pelajaran yang dapat diserap oleh siswa lebih tergantung kepada kemampuan peserta dan perhatian yang dicurahkan kepada ceramah pengajar.
5). Siswa kurang berperan serta dalam proses pembelajaran.
Ceramah digunakan untuk memberikan penjelasan yang sifatnya sepintas atau untuk memperkenalkan pengetahuan yang belum banyak diketahui oleh siswa. Ceramah sering digunakan untuk menyampaikan materi yang demikian banyak dalam waktu yang terbatas kepada peserta yang terbatas atau banyak. Ceramah dapat disertai Tanya jawab, tergantung kepada waktu yang tersedia dan kesediaan pemberi ceramah. Untuk dapat menyampaikan materi pelajaran secara lebih menarik, ceramah dilakukan dengan memamfaatkan media pembelajara, antara lain OHP dengan OHPnya, Gambar atau foto, serta film pendek ataupun papan tulis dan flipchart.
Penyampaian pelajaran dengan metode ini, hendaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1). Widyaiswara/fasilitator mengucapkan setiap kata secara jelas dan benar, sehingga mudah ditangkap peserta diklat.
2). Kalimat dalam bentuk sederhana, langsung dan lugas, tidak berbelit-belit.
3). Tidak menggunakan kata atau kalimat yang memiliki arti atau pengertian ganda.
4). Widyaiswara/fasilitator berbicara cukup keras, sehingga terdengar jelas oleh setiap peserta diklat.
5). Nada suara tidak datar, akan tetapi naik-turun berirama dengan adanya penekanan kata-kata yang dinggap penting dan sesuai dengan tata bahasa yang benar.
6). Sebaiknya tidak hanya duduk atau berdiri pada suatu tempat, akan tetapi berpindah dengan rileks, agar tidak menimbulkan kejemuan pada pserta didik.
7). Kata-kata atau singkatan yang cukup asing bagi peserta didik, perlu dijelaskan artinya.
b. Metode Penugasan
Metode mengajar yang memberikan keaktifan lebih jauh kepada siswa yaitu dengan menggunakan metode penugasan. Berbagai konsep, kenyataan, peristiwa, bahkan juga masalah yang tidak ada kesempatan disajikan oleh guru geografi di sekolah, dapat ditugaskan kepada siswa untuk dicari dan dikumpulkan di tempat lain. Bentuk-bentuk tugas itu disesuaikan dengan kemmpuan siswa pada batas-batas frekuensi yang tetap menggairahkan mereka, yang tidak menimbulkan kebosanan dan kejemuan. Metode tugas ini pada pengjaran geografi menjadi sarana memupuk kreativitas, inisiatif, kemandirian, kerja sama, dan gotong royong. Dorongan ingin tahu, ingin membuktikan kenyataan dan menumukan sendiri gejala-gejala kehidupan, dapat dipupuk dan dikembangkan melalui tugas ini. Bentuk-bentuk tugas ini berupa artikel yang berhubungan dengan pokok bahasan geografi, pengumpulan gambar dan foto gejala-gejala geografi, penyusunan laporan kunjungan, pembuatan karangan, pembuatan peta, pembuatan alat peraga, dan lain sebagainya. Banyak yang dapat dijadikan bahan mengisi metode ini.
c. Metode Tanya Jawab.
Widyaiswara memberikan pertanyaan-pertayaan kepada peserta didik, mengenai materi pelajaran. Peserta didik menjawab sesuai dengan pertanyaan dan kehendak. Jawaban dapat singkat atau merupakan penjelasan. Dengan kata lain metode Tanya jawab adalah suatu cara mengajar atau penyajian materi melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan peserta didik memahami materi tersebut. Maetode Tanya jawab cocok utnuk bahan kajian yang umumnya siswa sudah mengetahui sehingga guru tinggal menggali pengetahuan dari siswa.
Menurut Djamarah & Zain (2002), kelebihan-kelebihan metode Tanya jawab adalah :
1). Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian peserta didik.
2). Merangsang peserta didik untuk melatih dan mengembangkan daya pikir, daya ingatan.
3). Mengembangkan keberanian dan dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.
4). Partisipasi siswa akan menjadi aktif.
Adapun kelemahan-kelemahan metode tanya jawab adalah :
1). Siswa merasa takut apabila pengajar kurang mendorong peserta didik untuk berani dengan menciptakan situasi yang tidak tegang.
2). Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan mudah dipahami peserta didik.
3). Waktu sering banyak terbuang, terutama bila peserta didik tidak dapat menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga kali.
4). Dalam jumlah siswa yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk memberikan pertanyaan kepada setiap siswa.
d. Metode Peragaan/Demonstrasi.
Metode ini akan menunjang pembelajaran aktif, bila demonstrasi dilakukan oleh peserta didik atau sekelompok peserta didik. Metode demontrasi dapat dilakukan untuk percobaan yang alatnya terbatas, metode demonstrasi cocok untuk bahan kajian yang memerlukan tiga aspek : keterampilan, pengetahuan dan sikap.
Menurut Djamarah & Zain, (2002), kelebihan-kelebihan metode demonstrasi adalah :
1). Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret, sehingga menghidari verbalitas.
2). Peserta didik lebih mudah memahami apa yang dipelajari.
3). Proses pengajaran lebih menarik.
4). Peserta didik dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri.
Kelemahan-kelemahan metode demonstrasi adalah :
1). Memerlukan keterampilan pengajar secara khusus, karena tanpa ditunjang hal itu, pelaksanaan demonstrasi akan tidak efektif.
2). Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik.
3). Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping memerlukan waktu yang cukup panjang.
e. Metode Karyawisata
Menurut pernyataan william (1976:16) bahwa salah satu hakikat geografi adalah dari lapangan yang nyata yang dapat memberikan kesan yang baik bagi yang mempelajarinya. Oleh karena itu metode karyawisata merupakan metode mengajar yang sesuai dengan hakikat geografi tadi. Melalui metode karyawisata pada proses belajar mengajar geografi, dasar mental siswa yang meliputi dorongan ingin tahu, ingin membuktikan kenyataan, dan ingin menemukan gejala-gejala geografi di lapangan dapat dikembangkan dan dibina. Selain itu dapat memecahkan kejemuan dan kebosanan siswa disekat dalam ruangan kelas sekolah. Metode karyawisata dapat memberikan susana segar kepada siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar geografi.
Gejala atau masalah geografi yang terdapat di sekitar sekolah yang dapat dijangkau dengan kaki dalam waktu 40 menit, dapat dijadikan bahan karyawisata. Tekanan pada proses belajar mengajar geografi dengan menerapkan metode karyawisata ini adalah dapat disaksikan dan diamatinya gejala atau masalah geografi secara langsung oleh siswa di lapangan.
Metode karyawisata yang direncanakan dengan baik, akan mengembangkan dasar dan kemampuan mental siswa secara seimbang. Dengan demikian, siswa mampu menghayati bahwa karyawisata pada pengajaran geografi, bukan lagi hanya merupakan kewajiban melainkan dihayati sebagai suatu kebutuhan.
Perlu disadari oleh guru geografi bahwa metode karyawisata ini memiliki kelemahan-kelemahan yang harus diperhatikan. Kelemahan itu antara lain :
Jika sering dilakukan, dapat menimbulkan kejemuan. Jika objek karyawisata itu terlampau jauh lokasinya, menyulitkan perjalanan dan memakan waktu dan biaya yang besar.
Jika pelaksanaan karyawisata itu kaku, dapat menurunkan minat siswa peserta karyawisata itu sehingga tujuan intruksionalnya sulit untuk tercapai.
f. Metode Diskusi
Metode pengajaran geografi yang membangkitkan motivasi dan kreativitas berpikir serta keterlibatan dalam proses adalah metode diskusi. Melalui metode diskusi, keterampilan berpikir dalam menanggapi sesuatu persoalan tadi, dapat dibina dan dikembangkan. Sifat dan sikap demokratis, menghargai pendapat orang lain, tenggang rasa, kemandirian, dan sebagainya, dapat dibina dan dikembangkan melalui metode diskusi ini. Sifat dan bobot diskusi harus disesuaikan dengan kemampuan, perkembangan mental pada batas-batas yang serasi dengan tingkat umur siswa. Keikutsertaan dan ketelibatan siswa dalam proses belajar mengajar geografi pada diskusi ini lebih terjamin. Hanya dalam hal ini dituntut lebih akurat ila dibpengelolaan dan pengorganisasian kelas menciptakan susana yang serasi. Guru geografi harus lebih berhati-hati menerapkan metode diskusi bila dibandingkan dengan metode yang lainnya.
B. Kerangka Pikir
Skema Kerangka Pikir
C. Hipotesis
Terdapat peningkatan hasil belajar geografi siswa kelas II SMP Negeri 1 Anggeraja Kabupaten Enrekang dengan menggunakan media gambar.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Variabel dan Desain Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian terdapat beberapa jenis penelitian antara lain :
a. Penelitian survai
b. Classroom Action Research
c. Grounded research
d. Kombinasi pendekatan kualitatif dan kuantitatif
e. Analisa data sekunder
Dari berbagai jenis penelitian yang disebutkan di atas maka salah satu jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research).
Penelitian ilmiah yang secara langsung dapat memberikan sumbangan bagi peningkatan kualitas praktik kependidikan adalah penelitan tindakan. Perpaduan antara istilah penelitian dan tindakan menggambarkan ciri esensial dari pendekatan ini, yaitu mencoba menerapkan ide-ide atau pemikiran kedalam praktik sebagai sarana pengembangan dan peningkatan pengetahuan tentang sesuatu. Misal penelitian tindakan kelas merupakan perbaikan praktik.
Manfaat Penelitian tindakan kelas yaitu untuk mengembangkan pemikiran dan peningkatan pengetahuan serta praktik kependidikan dan pembelajaran. hasilnya digunakan untuk mengembangkan sekolah dan kelas, serta artikulasi secara tepat dan justifikasi terhadap rasionalisasi pendidikan yang dilakukan. Stenhouse secara cermat menekankan bahwa penelitian tindakan seharusnya tidak hanya melakukan praktik namun juga sebuah teori pendidikan dan pembelajaran yang dapat diakses ke guru-guru lain. Sehingga penelitian tindakan merupakan suatu cara untuk menggabungkan teori dan praktik menjadi satu kesatuan (Woods, 1989)
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran kelas. Di ruangan kelas, PTK dapat berfungsi sebagai (Cohen & Manion, 1980: 211):
Alat untuk mengatasi masalah-masalah yang didiagnosis dalam situasi pembelajaran di kelas.
Alat pelatihan dalam-jabatan, membekali guru dengan keterampilan dan metode baru dan mendorong timbulnya kesadaran-diri, khususnya melalui pengajaran sejawat.
Alat untuk memasukkan ke dalam sistem yang ada (secara alami) pendekatan tambahan atau inovatif
Alat untuk meningkatkan komunikasi yang biasanya buruk antara guru dan peneliti
Alat untuk menyediakan alternatif bagi pendekatan yang subjektif, impresionistik terhadap pemecahan masalah kelas.
Ada dua butir penting yang perlu disebut di sini. Pertama, hasil penelitian tindakan dipakai sendiri oleh penelitinya, dan tentu saja oleh orang lain yang menginginkannya. Kedua, penelitiannya terjadi di dalam situasi nyata yang pemecahan masalahnya segera diperlukan, dan hasil-hasilnya langsung diterapkan/dipraktikkan dalam situasi terkait. Ketiga, peneliti tindakan melakukan sendiri pengelolaan, penelitian, dan sekaligus pengembangan.
Secara singkat penelitian kelas dapat didefenisikan sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat relektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta memperbaiki kondisi di mana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan. Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, penelitian tindakan kelas (classroom action research) dilaksanakan berupa proses pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 tahap yaitu :Merencanakan, Melakukan Tindakan, Mengamati, Refleksi. Hasil refleksi terhadap tindakan yang dilakukan akan digunakan kembali untuk merevisi rencana jika ternyata tindakan yang dilakukan belum maksimal untuk memacahkan masalah yang merisaukan. Setelah siklus ini berlangsung beberapa kali, barangkali perbaikan yang diinginkan sudah berakhir, namun biasanya muncul akan muncul kembali masalah baru atau kerisauan baru. Masalah ini akan kembali dipecahkan dengan mengikuti dayr PTK. Jika model penelitian ini dilaksanakan berarti guru atau peneliti sedang mengembangkan kemampuan profesionalnya secara sistematis. Milles (2000)
Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bersifat deskriptif dan bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar geografi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Anggeraja Kabupaten Enrekang dengan menggunakan media pembelajaran geografi.
2. Variabel Penelitian
Alfandi (2001:44) mengemukakan bahwa :”variabel adalah suatu sifat atau jumlah yang mempunyai nilai kategoriat atau mempunyai nilai yang dapat dinyatakan dengan bilangan.” Oleh karena itu, untuk mengarahkan kajian dalam penelitian ini, maka variabel penelitian ini perlu diketahui. Penelitian ini terdiri atas dua variabel, yaitu media gambar pembelajaran geografi dan hasil belajar geografi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Anggeraja Kabupaten Enrekang.
B. Defenisi Operasional Variabel
Untuk menghindari beda penafsiran tentang variabel dalam penelitian, maka dirumuskan defenisi operasional
1. Pembelajaran dengan menggunakan Media Gambar, artinya di dalam proses pembelajaran peneliti menggunakan media pembelajaran gambar yang relevan dengan materi pokok bahasan.
2. Hasil belajar geografi siswa adalah nilai yang diperoleh melalui tes akhir di setiap siklus. Tingkat penguasaan materi oleh siswa tercermin dari skor yang dicapai setiap siswa dari jawaban tes hasil belajar geografi
C. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Anggeraja yang terletak di jalan poros Tana Toraja – Makassar, Kelurahan Tanete Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang. Pelaksanaan penelitian ini mulai dari bulan Mei dan berahir pada bulan juli 2008.
D. Bentuk dan Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kelas dengan bentuk penelitian tindakan. pada pembelajaran pertama, sama dengan yang diterapkan pada pembelajaran kedua dan ketiga, hanya refleksi terhadap setiap pembelajaran berbeda tergantung dari fakta dan interpretasi data yang ada atau situasi dan kondisi yang dijumpai. Hal ini dilakukan agar diperoleh hasil yang maksimal mengenai cara penggunaan media pembelajaran media gambar.
Selanjutnya desain penelitian secara umum digambarkan seperti bagan di bawah ini :
E. Prosedur Kerja
Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari dua tahapan yakni sebagai berikut :
Tahap pertama : beradaptasi dengan situasi kelas.
Peneliti berupaya menyesuaikan diri dengan situasi kelas antara lain dengan cara lebih dulu mengamati proses belajar mengajar di kelas yang akan dijadikan sebagai kelas penelitian. Adapun yang akan dilakukan peneliti adalah dengan mencatat hal-hal yang penting untuk diamati dan untuk lebih memaksimalkan hasil pengamatan kelas, peneliti akan merekam kondisi kelas pada saat proses belajar mengajar yang sedang berlangsung dengan menggunakan alat perekam audio visual sehingga akan memudahkan peneliti untuk mengamati secara berulang-ulang kondisi kelas hasil rekaman tadi.
Tahap kedua
Adapun alur penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus di mana kesulitan/kelemahan yang ditemukan pada pembelajaran pertama didiskusikan dengan pembimbing atau pihak lain yang berkompoten dan diupayakan perbaikannya pada siklus pembelajaran selanjutnya.
Adapun prosedur penelitian tindakan ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
Siklus I (pertama) :
1. Tahap Perencanaan Tindakan (planning).
Pada tahap perencanan tindakan, dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Menelaah materi mata pelajaran geografi kelas VIII SMP semester genap berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran (KTSP) agar dapat diketahui materi apa yang akan diajarkan.
b. Menentukan materi yang akan diajarkan dalam tahap I.
c. Melakukan diskusi dengan guru mata pelajaran geografi pada sekolah lokasi penelitian dengan tujuan mengalokasikan waktu yang akan digunakan.
d. Mempersiapkan perangkat pembelajaran yakni Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Yang akan digunakan selama proses belajar-mengajar berlangsung dalam penelitian ini.
e. Sebelum memulai proses pembelajaran peneliti melakukan pertemuan untuk mengetahui keadaan siswa ketika proses pembelajaran geografi berlangsung.
f. Membuat format observasi untuk merekam bagaimana kondisi belajar mengajar dikelas ketika pelaksanaan tindakan berlangsung.
g. Merancang dan membuat soal, baik soal latihan kelas, soal tugas pekerjaan rumah, LKS (lembar kegiatan siswa) dan kuis yang akan diberikan.
h. Mempersiapkan alat, bahan dan media pembelajaran.
i. Membuat tes hasil belajar untuk mengukur hasil belajar geografi siswa setelah diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Soal yang diberikan sebanyak 5 (sepuluh) item soal essay dan 15 soal item soal pilihan ganda.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (action)
a. Pelaksanaan tindakan pada tahap I ini berlangsung selama tiga kali pertemuan. Alokasi waktu setiap pertemuan adalah 1 x 45 menit. Pertemuan ke-1 sampai ke-3 diisi dengan kegiatan pembelajaran.
b. Pada akhir pertemuan diisi dengan pemberian tes hasil belajar (ulangan harian untuk tahap I.
Secara umum tindakan yang dilakukan untuk setiap pertemuan (kegiatan pembelajaran) pada siklus pertama ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi keadaan awal siswa sebelum penelitian.
2. Latihan penguasaan materi pengajaran sebelum mengajar.
3. Melakukan wawancara dengan guru bidang studi geografi.
4. Sebelum proses pembelajaran berlangsung diinformasikan kepada siswa bahwa mereka sedang diteliti.
5. Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan skenario yang disusun. Mengusahakan agar terjadi konflik dalam pikiran siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat membangun daya fikir.
6. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum dimengerti.
7. Menjelaskan hal yang ditanyakan oleh siswa.
8. Memantau keaktifan dan kesungguhan siswa dalam proses pembelajaran berdasakan pedoman observasi.
9. Memberikan kuis-kuis diberikan pada awal pembelajaran untuk setiap pertemuan. Kecuali pada pertemuan pertama, kuis diberikan pada akhir pembelajaran.
10. Mengumpulkan tugas, memeriksa dan memberi umpan balik.
11. Memberikan tes diakhir pokok bahasan yang menjadi penutup tahap I.
3. Tahap Observasi (Observation)
Pada tahap ini dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Proses observasi pada saat siswa mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.
2. Mengevaluasi siswa dengan materi-materi yang telah diajarkan dengan format evaluasi yang telah disusun.
3. Menganalisis data hasil observasi dan tes evaluasi siswa untuk mengetahui skor akhir yang diperoleh.
4. Tahap Refleksi Tindakan
Hasil yang diperoleh dari tahap observasi dijadikan dasar untuk merencanakan proses pelaksanaan tahap II. Pada tahap ini dilakukan refleksi atau menelaah kembali penelitian ini berdasarkan hasil observasi dan evaluasi selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini melibatkan siswa dalam penelitian dengan meminta tanggapan siswa mengenai proses pelaksanaan pembelajaran pertama. Dimana mereka memberikan tanggapan mengenai hal-hal apa saja yang menurut mereka perlu ditingkatkan, baik dari segi model pembelajaran yang digunakan maupun penyajian informasi yang dilakukan oleh peneliti serta media yang anggap mereka mengasikkan dan mudah dipahami.
Gambaran-gambaran yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu mengelompokkan siswa secara heterogen untuk lebih memudahkan dibimbing, mengubah suasana kelas dari segi bentuk penataan kursi, menampilkan media-media pembelajaran yang menarik sehingga perhatian siswa akan lebih mudah terfokus, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengomentari media yang disajikan, meningkatkan latihan mengerjakan soal di kelas dan memberikan tugas rumah kepada siswa untuk mencari referenxi lainnya sesuai dengan materi yang disajikan dan menekankan kepada siswa untuk memcatat materi yang diberikan serta memeriksa buku catatan siswa. Tidak kemungkinan peneliti akan menggunakan lingkungan sekitarnya sebagi media pembelajaran. Siswa akan dituntun untuk mengamati lingkungan sekitarnya sesuai dengan objek-objek yang disebutkan dalam materi pembelajaran.
Siklus II (kedua)
Berdasarkan hasil refleksi pada pelaksanaan tindakan Siklus I, hasil refleksi tersebut memperlihatkan bahwa model dan media pembelajaran yang diberikan telah meningkatkan hasil belajar geografi siswa. Namun jika masih terdapat hal-hal yang perlu diperbaiki, sehingga perlu dilaksanakan Siklus II sebagai kelanjutan, penyempurnaan dan perbaikan dari pelaksanaan tindakan siklus I.
Siklus II dilaksanakan selama dua kali pertemuan. Prosedur kegiatan pada siklus ke II ini relatif sama dengan prosedur kegiatan pada siklus I. Hal-hal yang masih dianggap belum berhasil pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II ini sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai. Tidak kemungkinan jika dalam pelaksankan siklus II belum memperoleh hasil yang ingin dicapai maka peneliti akan melanjutkan atau melakukan perbaikan pada siklus III dan seterusnya.
F. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Data tentang hasil belajar geografi yang diperoleh dengan menggunakan tes hasil belajar pada setiap akhir tahap.
b. Untuk data mengenai kaaktifan dan kesungguhan siswa dalam mengikuti proses belajar akan diambil pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan pedoman observasi.
G. Analisa Data
Data hasil prestasi belajar geografi dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. Kriteria yang digunakan untuk menentukan kategori hasil belajar siswa adalah berdasarkan teknik kategorisasi skala lima. Menurut Depdikbud (1993 :7) bahwa : skor standar umum yang digunakan adalah skala lima yaitu pembagian tingkat penguasaan yang terbagi atas lima kategori, yaitu :
90 – 100 dikategorikan sangat tinggi
80 – 89 dikategorikan tinggi
65 – 79 dikategorikan sedang
55 – 64 dikategorikan rendah
55 – 64 dikategorikan rendah
0 – 54 dikategorikan sangat rendah
Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan penerapan media pengajaran geografi dan skor hasil belajar siswa. Analisis data tersebut ditampilkan dalam bentuk nilai maksimum, minimum, nilai rata-rata standar deviasi serta frekuensi dan persentase hasil belajar.
Adapun rumus persentase yaitu : p = x 100%
Keterangan :
p = Persentase
s = Frekwensi
N = Jumlah Subjek
100% = konstanta.
Sedangkan statisatik inferensial yang digunakan adalah statistik parametrik uji t yang bertujuan mengetahui hipotesis penelitian.
Untuk itu digunakan rumus :
t =
dimana S =
Keterangan :
t = uji perbedaan rata-rata dua pihak
= skor rata-rata pembelajaran pada siklus I
= skor rata-rata pembelajaran pada siklus II
= standar deviasi pembelajaran pada siklus I
= standar deviasi pembelajaran pada siklus II
= jumlah sampel pada siklus I
= jumlah sampel pada siklus II
S =standar deviasi gabungan.
Kriteria pengambilan keputusan adalah diterima jika > dari dengan derajat kebebasan (dk) = pada taraf signifikan = 0,05.
Sudjana (1992 : 446)
H. Indikator Keberhasilan
Indikator dari penilaian ini adalah apabila terjadi peningkatan skor rata-rata hasil belajar geografi dari tahap pertama ke tahap kedua. Perlakuan dianggap berhasil apabila mencapai nilai ketuntasan individu mencapai 65 dan ketuntasan secara klasikal harus mencapai 85% dari jumlah siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, H. 1981. Pengelolaan Pengajaran. PT. Bintang Selatan: Ujung Pandang.
Alfandi, Widodo. 2001. Epistimologi Geografi. Universitas Gadjah mada press: Yogyakarta
Ansari, Baharuddin. 1997. Kartografi, Diktat Pegangan Kuliah. FPIPS IKIP Ujung Pandang.
Arsyad, M.A, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Aji, Saptoto. 2005. Mulimedia, Sebuah Trend Baru. Http://www.mpeg.org
Depdikbud. 2005.Kamus Besar bahasa Indonesia. Balai Pustaka : Jakarta
Djamarah & Zain Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Gunawan Totok. 2003. Peta, Atlas dan globe sebagai Sarana belajar geografi. Proyek Peningkatan Mutu SLTP: Jakarta.
Hamalik. 1986. Prosedur Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta.
Jumiati. 2005. Studi Komparatif Penggunaan Media Poster Dengan Media Peta Dalam Pembelajaran Geografi Materi Pokok “Bentuk Muka Bumi” Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas 1 (Satu) Di SMP Negeri 3 Bajeng Gowa. Skripsi Jurusan Geografi FMIPA UNM.
Khentut, 2004. Prinsip Pengembangan Media Pembelajaran. Pustekkom Depdiknas.
Kuswanto, dkk. 1999. IPS Geografi Untuk Kelas 1 SLTP. Tiga Serangkai: Surakarta.
Laster, Lan. 1985. The school of the future : some teachers view on education in the year 2000. UK.
Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survei. Cet. III Jakarta: LP3ES
Sadiman, dkk. 2002. Media Pengajaran (Pembuatan dan Penggunaa). Sinar Baru: Bandung.
Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar mengajar. Sinar Baru: Bandung.
Sudjana. 1992. Statistik Terapan, Sinar Baru Algesindo: Bandung.
Sumaatmajda, Nursid. 2001. Metodologi Pengajaran Geografi. Bumi Aksara: Jakarta.
Tika, Pabundu. 2005. Metode Penelitian Geografi. Bumi Aksara; Jakarta.
R .Angkowo & A. Kosasih.. Optimalisasi Media Pembelajaran. PT Grasindo. Jakarta. 2007
0 komentar:
Post a Comment
Komenter Kamu