Istilah kepemimpinan pembelajaran muncul dalam Permendiknas 35/2010 yang
menyatakan bahwa efektivitas kepala sekolah dinilai angka keditnya
dalam kompetensi (1) Kepribadian dan Sosial (2) Kepemimpinan
pembelajaran (3) Pengembangan Sekolah dan Madrasah (4) Manajemen sumber
daya (5) Kewirausahaan sekolah/madrasah (6) Supervisi Pembelajaran.
Untuk dapat memahami lebih jauh tentang tugas kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran diperlukan analisis terhadap kutipan di atas. Tugas kepala sekolah meliputi dua bidang utama, yaitu meningkatkan keunggulan sekolahnya dalam bidang tugas manajerial dan akademik. Bidang keunggulan manajerial berada dalam tugas pokok dan fungsi merencanakan strategi, mengimplementasikan strategi, dan mengevaluasi keterlaksanaan dan ketercapaian target strategi dalam mewujudkan keunggulan sekolah dalam memenuhi delapan standar nasional pendidikan.
Bidang tugas utama kepala sekolah yang kedua adalah membangun keunggulan akademik yang mencakup tugas supervisi perencanaan, implementasi, dan evaluasi penerapan kurikulum. Bidang tugas ini lebih fokus dalam pengendalian pemenuhan target pada lima standar yaitu SKL, isi, proses, penilaian, dan tenaga pendidik. Sasaran pengembangan tugas ini mengutamakan pada kemampuan kepala sekolah dalam mengendalikan pengembangan , pelaksanaan, evaluasi keterlaksanaan dan ketercapaian target kururikulum yang diintregrasikan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi peningkatan mutu kinerja pendidik dan siswa.
Efektivitas tugas utama kepala sekolah dalam bidang pengembangan akademik diperlukan kapasitas dan kapabelitas kepala sekolah mencerminkan kapasitas dan kapabelitasnya sebagai pemimpin pembelajaran. Kapasitas kepala sekolah terlihat dari potensinya sebagai menjalin komunikasi, kerja sama, mengarahkan dan memotivasi warga sekolah dalam mengintegrasikan diri menjadi tim yang solid sehingga dapat kekuatannya untuk merealisasikan visi-misi ke dalam aksi dan realisasi. Poros utama sasaran pengembangan kerja sama seluruh komponen pengembang sekolah dalam meningkatkan kinerja belajar siswa untuk mengembangkan potensi dan prestasi yang paling tinggi yang dapat diraihnya.
Kapasitas kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran tercermin dalam pengembangan kapasitas diri untuk menjadi teladan. Indikator operasional yang terkait dengan kapasitas diri sebagai teladan atau panutan terlihat pada disiplin kepala sekolah berpakaian, memelihara kebersihan diri, menunaikan kewajiban beribadat kepada Tuhan, tingkat kehadiran di sekolah, datang tepat waktu, cara memanfaatkan waktu di sekolah, cara berkomunikasi yang santun dan menghargai semua orang.
Di samping itu keberadaannya di sekolah untuk menyemangati tim kerja, memperlihatkan sebagai pembaca yang epektif, cara memanfaatkan sumber daya di sekolah, menghargai pendapat orang-orang, keterbukaan dalam berkomunikasi dengan semua orang, menghargai prestasi yang dicapai, menyatakan pujian dengan jujur terhadap prestasi yang baik, dan bersikap transparan dalam pengambilan keputusan.
Kapabelitas kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran terlihat dalam kemampuannya menguasai ilmu pengetahuan dan terampil menerapkan ilmu pengetahuannya. Ia memiliki kemampuan yang luas. Hal ini terlihat dalam keterampilan mengolah data, informasi, fakta yang ditunjuang dengan penguasaan teori, prinsip, prosedur yang ditunjang dengan keterampilan berpikir ilmiah serta mampu memecahkan masalah. Kapasitas dirinya terlihat pula dalam kecakapan menerapkan teori dengan prosedur ilmiah sehingga mampu memecahkan masalah yang sekolah hadapi dengan solusi yang cerdas, inspiratif, dan inovatif. Daya inovasinya terlihat dalam kapabelitas dirinya dalam menghasilkan gagasan baru dalam mengelola pembaharuan.
Produktivitasnya ditandai dengan adannya ide-ide baru yang menghasilkan rencana baru, teknik baru, metode baru, proses baru, sumber belajar baru, bentuk pelayanan baru yang dapat meningkatkan kesetaraan peluang untuk berprestasi sehingga mengurangi kesenjangan prestasi antara semua orang. Produktivitas penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan kepala sekolah adalah keunggulan sekolah, kepala sekolah, guru, siswa dan seluruh warga sekolah mewujudkan prestasi dan kemampuan menghasilkan mutu lulusan yang setara atau lebih baik daripada yang dapat diwujudkan sekolah pesaing.
Kepala sekolah sebagai pemimpinan pembelajaran adalah kepemimpinan yang menekankan pada komponen-komponen yang terkait erat dengan pembelajaran, meliputi kurikulum, proses belajar mengajar, asesmen, penilaian, pengembangan guru, layanan prima dalam pembelajaran, dan pembangunan komunitas belajar di sekolah.
Tujuan utama kepemimpinan pembelajaran adalah memberikan layanan prima kepada semua siswa agar mereka mampu mengembangkan potensi, bakat, minat dan kebutuhannya.
Kepemimpinan pembelajaran ditujukan juga untuk memfasilitasi pembelajaran agar siswa meningkat: prestasi belajar meningkat, kepuasan belajar semakin tinggi, motivasi belajar semakin tinggi, keingintahuan terwujudkan, kreativitas terpenuhi,inovasi terealisir, jiwa kewirausahaan terbentuk, dan kesadaran untuk belajar sepanjang hayat karena ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni berkembang dengan pesat tumbuh dengan baik. Kepemimpinan pembelajaran jika diterapkan di sekolah akan mampu membangun komunitas belajar warganya dan bahkan mampu menjadikan sekolahnya sebagai sekolah belajar (learning school). Sekolah belajar memiliki perilaku-perilaku sebagai berikut: memberdayakan warga sekolah seoptimal mungkin, memfasilitasi warga sekolah untuk belajar terus dan belajar ulang, mendorong kemandirian setiap warga sekolahnya, memberi kewenangan dan tanggungjawab kepada warga sekolahnya, mendorong warga sekolah untuk mempertanggungjawabkan proses dan hasil kerjanya, mendorong teamwork yang kompak, cerdas, dinamis, harmonis, dan lincah/cepat tanggap terhadap pelanggan utama yaitu siswa, mengajak warga sekolahnya untuk menjadikan sekolahnya berfokus pada layanan prima kepada siswa, mengajak warga sekolahnya untuk siap dan akrab menghadapi perubahan, mengajak warga sekolahnya untuk berpikir sistem, mengajak warga sekolahnya untuk komit terhadap keunggulan mutu, dan mengajak warga sekolahnya untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus.
Direktorat Tenaga Kependidikan (2009) mengembangkan kepemimpin pembelajaran berdimensi 12, yaitu: (1) mengartikulasikan pentingnya visi, misi, dan tujuan sekolah yang menekankan pada pembelajaran, (2) mengarahkan dan membimbing pengembangan kurikulum, (3) membimbing pengembangan dan perbaikan proses belajar mengajar yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran serta pengelolaan kelas, (4) mengevaluasi kinerja guru dan mengembangannya, (5) membangun komunitas pembelajaran, (6) menerapkan kepemimpinan visioner dan situasional, (7) melayani kegiatan siswa, (8) melakukan perbaikan secara terus menerus, (9) menerapkan karakteristik kepala sekolah efektif, (10) memotivasi, mempengaruhi, dan mendukung prakarsa, kreativitas, inovasi, dan inisiasi pengembangan pembelajaran, (11) membangun teamwork yang kompak, dan (12) menginspirasi dan memberi contoh. Sebagai perbandingan dengan model kepemimpinan pembelajaran oleh para ahli yang lain, pada akhirnya bisa disimpulkan bahwa tidak ada model yang sempurna. Setiap model memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Model yang terbaik untuk diterapkan adalah model yang cocok dengan kebutuhan sekolah dan kepala sekolahnya sendiri. Sehingga muncullah sebuah pameo tentang hubungan antara sekolah, guru dan kepala sekolahnya. “The color of the class is beyond the teacher, but the color of the school….is beyond the principals”.
Berdasarkan uraian singkat itu, ternyata tugas kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran terlihat dari kapasitas dan kapabelitas kepala sekolah dalam membangun sekolahnya menjadi organisasi pembelajaran. Keunggulan sekolah yang memiliki anggota yang tergabung dalam komunitas pembelajar dipastikan tidak akan pernah menjadi tim yang gagal karena jika mendapatkan kegagalan tim akan segera belajar dan memperbaiki kegagalan, tak pernah berhenti, tak pernah menyerah, perbaikan selalu berlanjut sampai meraih keberhasilan, dan keberhasilan itu tidak lama bertahan karena harus ditingkatkan lagi usahanya untuk meraih keberhasilan yang lebih tinggi. Pikiran pemimpin pembelajaran penuh dengan semangat kewirausahaan, berpikir cerdas, cermat, dan inovatif, serta pantang menyerah.
Untuk dapat memahami lebih jauh tentang tugas kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran diperlukan analisis terhadap kutipan di atas. Tugas kepala sekolah meliputi dua bidang utama, yaitu meningkatkan keunggulan sekolahnya dalam bidang tugas manajerial dan akademik. Bidang keunggulan manajerial berada dalam tugas pokok dan fungsi merencanakan strategi, mengimplementasikan strategi, dan mengevaluasi keterlaksanaan dan ketercapaian target strategi dalam mewujudkan keunggulan sekolah dalam memenuhi delapan standar nasional pendidikan.
Bidang tugas utama kepala sekolah yang kedua adalah membangun keunggulan akademik yang mencakup tugas supervisi perencanaan, implementasi, dan evaluasi penerapan kurikulum. Bidang tugas ini lebih fokus dalam pengendalian pemenuhan target pada lima standar yaitu SKL, isi, proses, penilaian, dan tenaga pendidik. Sasaran pengembangan tugas ini mengutamakan pada kemampuan kepala sekolah dalam mengendalikan pengembangan , pelaksanaan, evaluasi keterlaksanaan dan ketercapaian target kururikulum yang diintregrasikan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi peningkatan mutu kinerja pendidik dan siswa.
Efektivitas tugas utama kepala sekolah dalam bidang pengembangan akademik diperlukan kapasitas dan kapabelitas kepala sekolah mencerminkan kapasitas dan kapabelitasnya sebagai pemimpin pembelajaran. Kapasitas kepala sekolah terlihat dari potensinya sebagai menjalin komunikasi, kerja sama, mengarahkan dan memotivasi warga sekolah dalam mengintegrasikan diri menjadi tim yang solid sehingga dapat kekuatannya untuk merealisasikan visi-misi ke dalam aksi dan realisasi. Poros utama sasaran pengembangan kerja sama seluruh komponen pengembang sekolah dalam meningkatkan kinerja belajar siswa untuk mengembangkan potensi dan prestasi yang paling tinggi yang dapat diraihnya.
Kapasitas kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran tercermin dalam pengembangan kapasitas diri untuk menjadi teladan. Indikator operasional yang terkait dengan kapasitas diri sebagai teladan atau panutan terlihat pada disiplin kepala sekolah berpakaian, memelihara kebersihan diri, menunaikan kewajiban beribadat kepada Tuhan, tingkat kehadiran di sekolah, datang tepat waktu, cara memanfaatkan waktu di sekolah, cara berkomunikasi yang santun dan menghargai semua orang.
Di samping itu keberadaannya di sekolah untuk menyemangati tim kerja, memperlihatkan sebagai pembaca yang epektif, cara memanfaatkan sumber daya di sekolah, menghargai pendapat orang-orang, keterbukaan dalam berkomunikasi dengan semua orang, menghargai prestasi yang dicapai, menyatakan pujian dengan jujur terhadap prestasi yang baik, dan bersikap transparan dalam pengambilan keputusan.
Kapabelitas kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran terlihat dalam kemampuannya menguasai ilmu pengetahuan dan terampil menerapkan ilmu pengetahuannya. Ia memiliki kemampuan yang luas. Hal ini terlihat dalam keterampilan mengolah data, informasi, fakta yang ditunjuang dengan penguasaan teori, prinsip, prosedur yang ditunjang dengan keterampilan berpikir ilmiah serta mampu memecahkan masalah. Kapasitas dirinya terlihat pula dalam kecakapan menerapkan teori dengan prosedur ilmiah sehingga mampu memecahkan masalah yang sekolah hadapi dengan solusi yang cerdas, inspiratif, dan inovatif. Daya inovasinya terlihat dalam kapabelitas dirinya dalam menghasilkan gagasan baru dalam mengelola pembaharuan.
Produktivitasnya ditandai dengan adannya ide-ide baru yang menghasilkan rencana baru, teknik baru, metode baru, proses baru, sumber belajar baru, bentuk pelayanan baru yang dapat meningkatkan kesetaraan peluang untuk berprestasi sehingga mengurangi kesenjangan prestasi antara semua orang. Produktivitas penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan kepala sekolah adalah keunggulan sekolah, kepala sekolah, guru, siswa dan seluruh warga sekolah mewujudkan prestasi dan kemampuan menghasilkan mutu lulusan yang setara atau lebih baik daripada yang dapat diwujudkan sekolah pesaing.
Kepala sekolah sebagai pemimpinan pembelajaran adalah kepemimpinan yang menekankan pada komponen-komponen yang terkait erat dengan pembelajaran, meliputi kurikulum, proses belajar mengajar, asesmen, penilaian, pengembangan guru, layanan prima dalam pembelajaran, dan pembangunan komunitas belajar di sekolah.
Tujuan utama kepemimpinan pembelajaran adalah memberikan layanan prima kepada semua siswa agar mereka mampu mengembangkan potensi, bakat, minat dan kebutuhannya.
Kepemimpinan pembelajaran ditujukan juga untuk memfasilitasi pembelajaran agar siswa meningkat: prestasi belajar meningkat, kepuasan belajar semakin tinggi, motivasi belajar semakin tinggi, keingintahuan terwujudkan, kreativitas terpenuhi,inovasi terealisir, jiwa kewirausahaan terbentuk, dan kesadaran untuk belajar sepanjang hayat karena ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni berkembang dengan pesat tumbuh dengan baik. Kepemimpinan pembelajaran jika diterapkan di sekolah akan mampu membangun komunitas belajar warganya dan bahkan mampu menjadikan sekolahnya sebagai sekolah belajar (learning school). Sekolah belajar memiliki perilaku-perilaku sebagai berikut: memberdayakan warga sekolah seoptimal mungkin, memfasilitasi warga sekolah untuk belajar terus dan belajar ulang, mendorong kemandirian setiap warga sekolahnya, memberi kewenangan dan tanggungjawab kepada warga sekolahnya, mendorong warga sekolah untuk mempertanggungjawabkan proses dan hasil kerjanya, mendorong teamwork yang kompak, cerdas, dinamis, harmonis, dan lincah/cepat tanggap terhadap pelanggan utama yaitu siswa, mengajak warga sekolahnya untuk menjadikan sekolahnya berfokus pada layanan prima kepada siswa, mengajak warga sekolahnya untuk siap dan akrab menghadapi perubahan, mengajak warga sekolahnya untuk berpikir sistem, mengajak warga sekolahnya untuk komit terhadap keunggulan mutu, dan mengajak warga sekolahnya untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus.
Direktorat Tenaga Kependidikan (2009) mengembangkan kepemimpin pembelajaran berdimensi 12, yaitu: (1) mengartikulasikan pentingnya visi, misi, dan tujuan sekolah yang menekankan pada pembelajaran, (2) mengarahkan dan membimbing pengembangan kurikulum, (3) membimbing pengembangan dan perbaikan proses belajar mengajar yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran serta pengelolaan kelas, (4) mengevaluasi kinerja guru dan mengembangannya, (5) membangun komunitas pembelajaran, (6) menerapkan kepemimpinan visioner dan situasional, (7) melayani kegiatan siswa, (8) melakukan perbaikan secara terus menerus, (9) menerapkan karakteristik kepala sekolah efektif, (10) memotivasi, mempengaruhi, dan mendukung prakarsa, kreativitas, inovasi, dan inisiasi pengembangan pembelajaran, (11) membangun teamwork yang kompak, dan (12) menginspirasi dan memberi contoh. Sebagai perbandingan dengan model kepemimpinan pembelajaran oleh para ahli yang lain, pada akhirnya bisa disimpulkan bahwa tidak ada model yang sempurna. Setiap model memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Model yang terbaik untuk diterapkan adalah model yang cocok dengan kebutuhan sekolah dan kepala sekolahnya sendiri. Sehingga muncullah sebuah pameo tentang hubungan antara sekolah, guru dan kepala sekolahnya. “The color of the class is beyond the teacher, but the color of the school….is beyond the principals”.
Berdasarkan uraian singkat itu, ternyata tugas kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran terlihat dari kapasitas dan kapabelitas kepala sekolah dalam membangun sekolahnya menjadi organisasi pembelajaran. Keunggulan sekolah yang memiliki anggota yang tergabung dalam komunitas pembelajar dipastikan tidak akan pernah menjadi tim yang gagal karena jika mendapatkan kegagalan tim akan segera belajar dan memperbaiki kegagalan, tak pernah berhenti, tak pernah menyerah, perbaikan selalu berlanjut sampai meraih keberhasilan, dan keberhasilan itu tidak lama bertahan karena harus ditingkatkan lagi usahanya untuk meraih keberhasilan yang lebih tinggi. Pikiran pemimpin pembelajaran penuh dengan semangat kewirausahaan, berpikir cerdas, cermat, dan inovatif, serta pantang menyerah.
0 komentar:
Post a Comment
Komenter Kamu