Monday, 12 January 2009

My Skripsi PTK

BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat akan mempengaruhi tatanan sosial kemasyarakatan. Teknologi informasi saat ini dan yang akan datang merupakan tantangan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama yang berkaitan dengan masalah pendidikan. Pendidikan adalah suatu kegiatan universal dalam kehidupan manusia untuk mengupayakan manusia yang berkualitas. Oleh karena itu usaha kongkrit dari berbagai pihak yang terlibat langsung dalam kegiatan tersebut.
Salah satu masalah pendidikan yang kita alami sampai saat ini adalah masalah mutu pendidikan yang merupakan masalah nasional yang sedang dihadapi dan mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dalam sistem pendidikan nasional di Indonesia.
Kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai melalui pendidikan yang baik dan terencana dengan tepat. Upaya peningkatan mutu pendidikan diharapkan dapat menaikkan harkat dan martabat manusia Indonesia untuk mencapai itu, pendidikan harus adaptif terhadap perubahan zaman.
Sesuai dengan apa yang tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional RI Nomor 20 tahun 2003 Bab I Pasal I dinyatakan bahwa:
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar Negeri Republik Indonesia 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. (Sisdiknas, 2003: 27)

Berdasarkan acuan dari program pusat maka Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan mempunyai tekat dan misi yang besar dalam peningkatan mutu pendidikan di Sulawsi selatan khususnya. Dengan melihat masih rendahnya sumber daya manusia yang ada maka telah banyak upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah setempat seperti program pendidikan gratis pembenahan sarana dan prasarana pendidikan secara bertahap. Banyak perencanaan-perencanaan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan yang dimana tujuan khususnya peningkatan mutu pendidikan serta sumber daya manusia yang bisa bersaing.
Sumberdaya manusia yang berkualitas yaitu sumberdaya manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK). Dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, inilah lembaga pendidikan mempunyai peran yang sangat penting, usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan melakukan perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan media pembelajaran, penyuluhan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya arti pendidikan, perluasan kesempatan memperoleh pendidikan bagi anak-anak usia sekolah serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya.
Usaha Peningkatkan mutu pendidikan senantiasa dicari, diteliti dan diupayakan melalui kajian berbagai komponen pendidikan, seperti perbaikan dan penyempurnaan kurikulum, bahan-bahan instruksional, penataran guru dan proses belajar mengajar. Demikian pula sarana dan fasilitas belajar lainnya, tidak seluruh usaha tersebut berhasil dengan benar. Oleh karena itu, dalam teori belajar mengajar dikatakan bahwa yang diperuntukkan bagi siswa yang hendaknya disesuaikan dengan perkembangan mereka .
Pembangunan sarana dan prasarana pendidikan telah lebih ditekankan pada penyediaan fasilitas belajar mengajar (media pembelajaran), fasilitas ini harus dimiliki oleh setiap sekolah dalam jumlah yang cukup dan memenuhi syarat. Tetapi pada kenyataannya banyak sekolah-sekolah yang belum menyediakan atau dapat dapat memfungsikan fasilitas belajar mengajar (media) yang telah ada.
Sejalan dengan hal di atas maka usaha peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Menengah Pertama sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam proses belajar mengajar hendaknya tidak didominasi kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang menyediakan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan potensi dan aktivitasnya melalui kegiatan belajar.
Menurut Sudjana (1989), salah satu alternatif yang dapat ditempuh oleh guru adalah kegiatan penggunaan media pendidikan dalam proses belajar mengajar. penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi mempunyai nilai praktis. Dengan demikian, penggunaan media yang tepat dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Media Pembelajaran Geografi terdiri dari beberapa jenis media yang biasa digunakan dalam proses belajar mengajar, seperti: Peta, atlas, globe, gambar foto, slide, video pendidikan, VTR, diagram atau grafik, dan media cetak. Pemakaian media dalam proses pembelajaran akan dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Selain itu media juga dapat berguna untuk membangkitkan gairah belajar, memungkinkan siswa untuk belajar mandiri sesuai dengan minat dan kemampuannya. Media dapat meningkatkan pengetahuan, serta memberikan fleksibilitas dalam penyampaian pesan. Selain itu media juga berfungsi sebagai alat komunikasi, sebagai sarana pemecahan masalah dan sebagai sarana pengembangan diri.
Melalui penggunaan media pengajaran diharapkan dapat mempengaruhi kualitas hasil belajar siswa memilih dan menggunakan media harus sesuai dengan kriteria. Sehubungan dengan hal tersebut Sudjana (1989) berpendapat bahwa memiliki media untuk kepentingan pengajaran sebaiknya memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut yaitu a) Ketetapannya dengan tujuan pengajaran, b) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran, c) Kemudahan memperoleh media, d) Keterampilan guru dalam menggunakannya, e) Sesuai dengan taraf berpikir siswa
Dari hasil observasi awal peneliti diperoleh, bahwa masih minimnya penggunaan media gambar dalam pembelajaran geografi. Kebanyak media gambar yang ditampilakan pada saat pengajaran hanya langsung di gambarkan pada papan tulis dengan menggunakan kapur tulis atau spidol permanent sehingga terkadang gambar yag dihasilkan tidak terlalu mengantarkan daya serap siswa untuk memahami suatu objek atau gambar yang ditampilkan. Kemudian banyak para pengajar hanya memberikan contoh media gambar yang terdapat pada buku paket tertentu, sehingga siswa sering merasa jenuh yang akibatnya motivasi belajar siswapun menurun. Hal ini juga sangat berpengaruh pada pengembangan kreatifitas siswa dalam mengamati suatu objek yang memiliki sudut pandang yang berbeda. Misalnya, siswa kelas tersebut jarang yang bisa membadakan antara gunung dengan pegunungan. Terlalu banyak hal-hal yang tidak bisa disebutkan dampak dari kurang maksimalnya penggunaan media gambar pada proses belajar mengajar khususnya mata pelajaran geografi. Hal ini sangtlah berpengaruh pada tingkat motivasi para siswa yang kemudian berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa, hal ini dilihat dari hasil Free test yang dilakukan peneliti pada awal pertemuan. Dari seluruh jumlah siswa kelas VIIIc yang mengikuti tes, hanya terdapat 22 siswa atau 55% yang mencapai frekunsi ketuntasan hasil belajar dan 18 siswa atau 45% yang belum mencapai frekuensi ketuntasan hasil belajar Geografi.
Dilandasi keyakinan akan pentingnya peran media dalam Upaya peningkatan hasil belajar geografi, maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian mengenai “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Geografi siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Anggerja Kabupaten Enrekang dengan Menggunakan Media Gambar”.
B. Rumusan Masalah
Sebagaiman uraian pada latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penggunaan media gambar dalam kegiatan pembelajaran geografi terhadap siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Anggeraja.
2. Apakah pembelajaran dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Anggeraja?
3. Bagaimana hasil belajar siswa yang menggunakan media Gambar pada mata pelajaran geografi terhadap siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Anggeraja?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan yang ingin dicapai di dalam pelaksanaan penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan media gambar dalam proses pembelajaran geografi.
2. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa dengan menggunakan media gambar pada mata pelajaran geografi terhadap siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Anggeraja?
3. Untuk mengetahui hasil belajar geografi dengan menggunakan media Gambar pada mata pelajaran geografi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Anggeraja kabupaten Enrekang?
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk melatih penulis dalam mengungkapkan pemikiran secara ilmiah dan sistematis, juga menambah pengetuhan bagi peneliti khususnya setelah terjun ke lapangan dapat menggunakan media yang tepat.
2. Untuk bahan bacaan kepustakaan dan referensi bagi peneliti selanjutnya untuk jenis peneliti yang relevan.
3. Sebagai bahan informasi bagi guru Geografi untuk memikirkan alternatif yang dapat meningkatkan hasil belajar Geografi siswa , misalnya melalui penggunaan media pada pembelajaran Geografi.
4. Untuk memberikan informasi kepada pembaca khususnya, pada peneliti yang lain yang mengkaji tentang penggunaan media pembelajaran Geografi terhadap peningkatan hasil belajar Geografi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka
1. Media Pendidikan
a. Pengertian Media Pendidikan
Menurut Arsyad (1997) kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah, media berarti perantara atau pengantar dari pengirim ke penerima. Ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli tentang media pendidikan diantaranya adalah:
1) Media adalah bentuk yang dipakai orang menyebarkan ide sehingga ide itu atau gagasan itu sampai pada penerima .
2) Media adalah Chaenel atau saluran karena pada hakekatnya media telah memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar dan melihat dalam batas-batas jarak, ruang dan waktu tertentu . dengan bantuan media , batas-batas itu hampir menjadi tidak ada.
3) Media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi (Association of Education and Communication Technology).
4) Media adalah segala benda yang manipulasi, dilihat, didengar dan dibaca atau dibicarakan, beserta intrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut.
5) Media segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan merangsang yang sesuai untuk belajar seperti media cetak dan elektronik .
6) Pengertian media ada 2 bagian, yaitu dengan arti sempit dan arti luas.
a) Arti sempit, bahwa media itu berwujud: Grafik, foto, alat mekanik dan alat elektronika yang digunakan untuk menangkap, memproses serta menyampaikan informasi.
b) Menurut arti luas yaitu kegiatan yang dapat diciptakan suatu kondisi sehingga memungkinkan peserta didik untuk dapat memperoleh pengetahuan dan sikap baru.
Selanjutnya Arsyad (1997), menambahkan beberapa pendapat para ahli tentang media, yaitu:
1) Heldik, dkk mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi informasi antar sumber dan penerima.
2) Giagne dan Briggs, media adalah kompunen atau sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional dilingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
3) Hamidjojo dalam Latuheru, memberi batas media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan atau pendapat sehingga ide atau gagasan pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju.
4) Hamalik, media adalah alat Bantu yang digunakan untuk memperlancar komunikasi secara maksimal.
5) Menurut Denim, media pendidikan adalah seperangkat alat Bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik.
Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa media pendidikan adalah alat atau perantara yang dikemukan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa agar mudah dipahami dan ditangkap maknanya oleh siswa sehingga dapat meningkatkan baik motivasi maupun hasil belajar siswa pada khususnya.
Satu konsep lain yang sangat berkaitan dengan media pembelajaran adalah istilah konsep belajar. Sumber belajar memiliki cakupan yang luas dari pada media belajar. Sumber belajar dapat berupa pesan, orang, bahan, alat, teknik dan latar atau lingkungan. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang diluar peserta didik yang memungkinkan terjadinya sumber belajar.
Edgan Dale berpendapat bahwa sumber belajar adalah pengalaman-pengalaman yang dialami oleh setiap orang yang dapat menimbulkan peristiwa belajar. Assosiation for Education Commucation and Technology (AECT) membatasi sumber belajar dengan bentuk saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi sedangkan National Education Association (NEA). Menyatakan bahwa sumber belajar adalah bentuk-bentuk komunikasi baik cetak maupun visual serta segala perantara (Sudjarwo,1998).
b. Jenis Media pendidikan
Dalam melaksanakan pembelajaran telah dikenal sebagai alat peraga. Penggunaan berbagai jenis peraga ditentukan oleh tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan adanya perbedaan yang disebabkan oleh tersedianya bahan untuk mengadakan alat peraga di beberapa sekolah (Lawalata, 1980).
Menurut Raharjo (1994), karakteristik alat peraga yang sering digunakan di Indonesia adalah:
1) Papan tulis, papan planel, dan papan bulletin.
Papan tulis, papan planet dan papan bulletin merupakan peralatan tradisional yang sangat diperlukan adanya ditiap kelas. Cocok untuk semua atau jenjang sekolah.
2) Media gambar
Media grafis teegolong media visual (media pandang), menyalurkan pesan dari sumber kepada penerima mengandalkan indera penglihatan. Pesan dituangkan dalam bentuk symbol-simbol komunikasi visual, contohnya gambar, sketsa, diagram, bagan (charta) grafik, kartun, poster, dan peta.



3) Media Audio
Media audio terkait dengan pendengaran. Pesan yang dituangkan dalam bentuk audiotif. Media ini memiliki perangkat lunak antara lain radio dan recorder.
4) Media Proyeksi
Media proyeksi merupakan proyektor sebagai perangkat lunak. Yang termasuk dalam alat peraga proyeksi adalah slide, transparansi, dan film.
5) Media tiga dimensi
Media tiga dimensi adalah benda yang menggambarkan benda yang sesungguhnya dalam bentuk tertentu atau tiga dimensi. Yang termasuk dalam media ini adalah model/forgo, sardimen, faksidermi, market/miniature dan bahan lain dari alam.
Nurbaeti Syutin (2004), mengelompokkan media pendidikan dalam tiga kelmpok yaitu:
1) Alat yang merupakan benda yang sebenarnya yang memberikan pengalaman langsung dan nyata.
2) Alat yang merupakan bahan pengganti yang seringkali dalam bentuk tiruan dari benda-benda yang sebenarnya. Ini merupakan pengalaman buatan secara tidak langsung.
3) Bahasa baik lisan maupun tulisan memberikan pengalaman melalui bahasa.

c. Media Pengajaran Geografi
Menurut Sumaatmadja (2001) pengajaran Geografi hakikatnya adalah pengajaran tentang gejala-gejala Geografi yang tersebar di permukaan bumi. Untuk memberikan citra tentang penyebaran dan lokasi gejala-gejala tadi kepada anak didik, tidak dapat hanya diceramahkan, ditanyajawabkan didiskusikan melainkan harus ditunjuk dan diperagakan. Mengingat daya jangkau dan pandangan terbatas, penunjukan serta peragaan. Mengingat daya jangkau dan pandangan kita terbatas, penunjukkan serta peragaan itu dilakukan dengan pengajaran Geogafi. Adapun media pengajaran Geografi tersebut antara lain:
1) Peta, peta merupakan konsep dan hakekat dasar pada Geografi dan pengajaran Geografi. Oleh karena itu, mengajarkan dan mempelajari Geografi tanpa peta, tidak akan membentuk citra dan konsep yang baik pada diri anak didik yang dapat meningkatkan kongnitif, afektif dan psikomotor mereka haruslah memanfaatkan peta. Prosesnya mulai pengenalan, pembacaan, pemilihan dan pembuatan, melalui proses ini mereka dibimbing untuk mengerti, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi penyebaran lokasi gejala dan relasi keruangannya satu sama lain.
2) Atlas, atlas adalah kumpulan bermacam-macam peta yang membentuk simbol-simbol, tulisan dan bahasa dengan penafsiran yang sama, pada atlas ini disajikan berbagai peta berdasarkan kenegaraan, gejala alam, penyebaran, sumberdaya, penyebaran aspek kebudayaan dan lain sebagainya. Penggunaan dan pemanfaatan atlas pada pengajaran Geografi oleh anak didik perlu mendapatkan bimbingan.
3) Globe, globe merupakan bentuk dan model yang sangat mini dari bola bumi. Globe ini selain fungsinya sama dengan peta dan atlas lebih jauh lagi dapat membina dan mengembangkan citra tentang konsep tentang waktu, iklim, musim dan gejala-gejala alam lainnya baik yang berkenaan dengan atmosfer, hidrosfer maupun litosfer. Dengan demikian pengunaan dan pemanfaatan sebagai media pengajaean Geografi dapat lebih meningkatkan kemapuan kongnitif, afektif, dan psikmotor anak didik tentang relasi keruangan gejala-gejala Geografi dipermukaan bumi.
4) Gambar dan potret, yang berkenaan dengan gejala-gejala Geografi selain diadalkan oleh sekolah dan guru, dapat pula pengadaannya ditugaskan kepada anak-anak. Dengan demikian adapun fungsi gambar dan potret dalam pengajaran Geografi yaitu agar peningkatan citra dan konsep kepada anak didik dapat terpenuhi.
5) Slide, film dan VTR merupakan media pengajaran modern yang dapat membantu membina citra dan konsep Geografi lebih meningkat pada diri anak didik. Sampai saat ini terutama bagi sekolah-sekolah daerah-daerah terpencil media ini masih merupakan barang mewah.
6) Diagram dan grafik yang dapat dideskripsikan data kualitatif gejala-gejala Geografi, dapat membantu meningkatkan citra dan konsep Geografi yang bersifat matematis-kuantitatif kepada anak didik. Dari citra dan konsep tadi mereka akan memahami tentang relasi, interelasi dan interaksi keruangan gejala-gejala geografi yang dapat menimbulkan ketimpangan dan masalah.
7) Media cetak yang berupa surat kabar, majalah dan terutama buku. Media menjadi sumber informasi yang memperkaya citra dan konsep Geografi kepada anak didik. Pemanfaatannya tentu saja menuntut prasarat tentang kemampuan dan minat baca serta kemampuan berbahasa. Oleh karena itu, secara bertahap prasyarat ini dipenuhi melalui tugas membaca dari guru Geografi.
Hal demikian guru Geografi menyelenggarakan PBM secara komperhensip integral dengan menerapkan berbagai medel dan menggunakan berbagai media yang serasi dengan pokok bahasan dan mencapai tujuan intuksional.
d. Media Gambar
Medium (jamak, media) adalah sebuah saluran komunikasi. Kata media tersebut diambil dari kata bahasa latin yang berarti”antara”. Istilah ini mengacu pada sesuatu yang membawa informasi antara sebuah sumber penerima (Heinich, Molenda, Russel , 1996: 8). Secara khusus media gambar adalah penyajian visual dua dimensi yang memanfaatkan rancangan gambar sebagai sarana pertimbangan mengenai kehidupan sehari-hari, misalnya yang menyangkut manusia, peritiwa, benda, benda, tempat , dan sebagainya. Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2001:68) media gambar adalah media yang mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas dan kuat melalui kombinasi pengungkapan kata-kata dan gambar-gambar. Secara khusus media gambar berfungsi untuk memberikan variasi dan fakta yang kemungkinan akan dilupakan atau diabaikan. Media gambar merupakan media sederhana, mudah dalam pembuatannya, dan murah harganya. Media gambar atau media grafis terdiri atas gambar, bagan, diagram, grafik, foster, kartu, dan komik.
Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2001:68) yang perlu diperhatikan dalam penggunaan.media gambar dalam pembelajaran adalah :Gambar yang bagus, menarik, jelas dan nudah dimengerti.
1) Apa yang digambar harus cukup penting dan cocok hal yang dipelajari
2) Gambar harus benar dalam arti harus dapat menggambarkan situasi yang serupa jika dilihat pada keadaan yang sebenarnya.
3) Gambar memiliki kesederhanaan dalam arti tidak rumit sehingga sulit untuk dipahami.
4) Gambar harus sesuai dengan kecerdasan orang yang melihatnya,
5) Ukuran gambar harus sesuai dengan kebutuhan.
Jadi dalam pengajaran dengan menggunakan media gambar harus memiliki prinsip penggunaan media gambar
1) Gambar harus relistis dan digunakan dengan hati-hati, karena gambar yang amat rinci dengan realisme yang sulit diproses dan dipelajari seringkali mengganggu perhatian..
2) Gambar harus berfungsi untuk melukiskan perbedaan konsep-konsep
3) Warna harus digunakan untuk mengarahkan perhatian dan membedakan komponen-komponen.
Media gambar sebagai salah media pembelajaran mempunyai kelebiahan dan kelemahan sebagai berikut :
Kelebihan :
1) Sifatnya kongkrit. Artinya gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata.
2) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa dalam kelas.
3) Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita
4) Media gambar dapat menjelaskan suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah dan membetulkan kesalah pahaman.
5) Media gambar murah harganya dan gampang didapat serta digunakan, tanpa perlu peralatan khusus.
Kelemahan :
1) Gambar hanya menekankan persepsi indra mata.
2) Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan mengajar belajar.
3) Ukurannya sangat terbatas, tidak memadai untuk kelompok besar.

e. Peranan Media Dalam Pengajaran Geografi
Dalam pembelajaran Geografi tanpa menggunakan media pendidikan sering dilakukan di dalam proses belajar mengajar. Hal ini dikenal juga sebagai pembentuk pembelajaran tradisional dan yang paling umum adalah metode ceramah. Penggunaan metode ini dalam pembelajaran Geografi akan bersifat verbal karena guru menyampaikan informasi dalam bentuk lisan atau biasa disertai penulisan di papan tulis (Hamalik, 1994)
Secara sederhana metode ceramah ini paling mudah dilaksanakan dan paling sering digunakan oleh guru. Menurut Haryangnti (2001), proses belajar mengajar dari sistem seperti ini adalah model pembelajaran dengan komonikasi satu arah (Teaching Direchted), dimana yang aktif 90% adalah model pengajaran seperti itu dianggap kurang mengesplorasi wawasan pengetahuan siswa, sikap dan perilaku siswa karena selama ini proses belajar mengajar apabila konsentarasi siswa kurang optimal, maka siswa akan mendapatkan kesulitan untuk menerima materi yang diajarkan saat itu., sehingga sulit juga bagi siswa untuk bagi siswa untuk menyimpan materi tersebut dalam ingatan atau memori atau kesan siswa. Kekurangan inilah yang besar pengaruhnya dan dapat menghambat kegiatan belajar sisswa, khususnya apabia siswa tidak termotivasi dengan baik dan materi yang diajarkan bersifat kompleks.
Untuk menjelaskan konsep-konsep tertentu dalam Geografi kadang timbul kesan yang bersifat abstrak seperti halnya dalam konsep perhubungan dan pengangkutan. Sehinga siswa masih sulit memahami apabila hanya diajarkan dengan menggunakan metode ceramah. Dalam mempelajari sains, termasuk Geografi ada 4 cara untuk melihat kenyataan yaitu: 1) berfikir, 2) Merasakan, 3) Mengindera, dan 4) percaya. Untuk merasakan, mengindera dan percaya siswa membutuhkan lebih dari sekadar metode ceramah melainkan dengan menggunakan metode-metode pengajaran yang relevan dengan kondisi siswa, sekolah, dan lingkungan sekitarnya.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar (Hasil Belajar)
Berbicara mengenai prestasi belajar, maka terlebih dahulu akan dikemukakan arti prestasi dan arti belajar itu sendiri, sebelum membahas pengertian prestasi belajar. Menurut kamus umum bahasa Indonesia, kata prestasi berarti hasil yang dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya), Poerwardarmanto (1976). Prestasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil nyata yang dicapai seseorang (siswa) dari rangkaian usahanya (belajar) dengan kemampuan, kecakapan, keterampilan, yang dapat diukur nilainya (evaluasi) setelah melakukan pekerjaan tertentu. Untuk mendapatkan pengertian yang objektif tentang belajar, maka dibawah ini beberapa pendapat ahli psikologi, khususnya ahli psikologi pendidikan tentang balajar sebagai berikut:
Tabrani Ruyan (2006) menyatakan bahwa: belajar adalah suatu proses perubahan individu melalui interaksi dengan lingkungan, sedangkan Oemar Hamalik dalam Darmawati (2006) memberikan defenisi belajar sebagai berikut: “ Belajar adalah suatu perbuatan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam bertingkah laku berkat pengalaman latihan” Kemudian Slameto (1995) menyatakan bahwa: “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Selanjutnya Rahadi (2003) mengemukakan hal yang senada bahwa “ Belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk merubah prilakunya.”
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah usaha yang dilakukan seseorang dalam proses perubahan tingkah laku yang merupakan hasil pengalaman sendiri, latihan dan kemampuan berinteraksi dengan lingkungan sendiri. Dari pernyataan yang telah dikemukakan diatas baik itu pengertian mengenai prestasi maupun pengertian mengenai belajar, maka prestasi dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan yang dicapai setelah melakukan kegiatan belajar, hal ini sama seperti yang diungkapkan oleh Mappa (1972), mengemukakan bahwa Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam bidang studi tertentu dengan menggunakan tes standar sebagai alat pengukur keberhasilan belajar seseorang.Hal demikian penguasan pengetahuan dan keterampilan merupakan wujud dari prestasi belajar. Tinggi rendahnya prestasi belajar tergantung pada tingkat penguasaan materi pelajaran kurang maka prestasi belajar yang dicapai kurang atau rendah, demikian pula sebaliknya, bila tingkat penguasaan terhadap materi pelajaran tinggi, maka prestasi belajar pun tinggi.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa
Usaha untuk prestasi belajar tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua yaitu: faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri siswa yang sedang belajar sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar diri siswa. Prestasi belajar yang dicapai siswa pada hakekatnya merupakan hasil interaksi berbagai faktor tersebut. Oleh karena itu, pengenalan guru, orang tua, terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa penting sekali demikian halnya dengan siswa itu sendiri.
Menurut Slameto (1995: 56) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah
1) Faktor intern yang terdiri dari:
a) Faktor jasmaniah seperti kesehatan, cacat tubuh
Proses belajar siswa akan terganggu jika kesehatan jasmani siswa terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk, jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan fungsi alat inderanya serta tubuhnya. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan jasmaninya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan tentang bekerja, tidur, makan, olahraga, dan lain-lain.
b) Faktor Psikologi
Faktor psikologis yang mempengaruhi proses belajar siswa antara lain:
(1) integensi
(2) Perhatian
(3) Minat
(4) Bakat
(5) Motivasi
(6) Kamatangan
(7) Kesiapan
c) Faktor kelalahan
Faktor keleahan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: kelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbulnya kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk sesuatu hilang.
2) Faktor ekstern yang terdiri dari:
a) Faktor keluarga meliputi:
(1) Cara orang tua mendidik
(2) Relasi antar anggota keluarga
(3) Suasana rumah
(4) Keadaan ekonomis keluarga
(5) Pengertian orang tua
(6) Latar belakang kebudayaan
b) Faktor sekolah meliputi:
(1) Guru sebagai pengajar
(2) Metode mengajar
(3) Alat pengajaran
(4) Disiplin sekolah
(5) Relasi guru dengan siswa
(6) Waktu sekolah
(7) Standar pelajaran di atas ukuran
Dari sekian banyaknya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, alat pengajaran merupakan salah satu bagian dari faktor yang juga sangat mempengaruhi prestasi belajar, olehnya itu penggunaan alat pengajaran yang sesuai dengan materi pelajaran, perlu untuk diperhatikan diantaranya penggunaan media pengajaran media sangat bermanfaat dalam memberikan motivasi dan penjelasan yang lebih kongkrit dalam proses belajar mengajar bagi siswa sehingga sedikit banyaknya menunjang peningkatan prestasi atau hasil balajar siswa.


3. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi
Yang dimaksud dengan ”motif” adalah segala daya yang mendorong sesorang untuk melakukan sesuatu. Istilah motivasi acapkali dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran. Pada umumnya orang mengaitkan dengan psikologi pendidikan. Dalam psikologi pendidikan dikenal beberapa teori, konsep, dan model yang berbeda – beda tersebut didasarkan pada cara berpikir, sudut pandang, serta latar belakang. Dari para ahli yang secara individu berbeda-beda. Ada beberapa pendapat mengenai motivasi. David Mc.Cellend, Abraham Maslow, Wand dan Brow, mengemukakan bahwa motifasi adalah suatu proses psokologi yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri sesorang. Selanjutnya Berelson dan Stainer mengemukakan bahwa motifasi adalah suatu usaha sadar untuk mempengaruhi prilaku sesorang, agar mengarah pada tercapainya suatu tujuan. Berelson dan Stainer mengartikan bahwa motif pada hakikatnya merupakan terminologi umum yang memberikan makna, daya dorong, keinginan, kebutuhan serta kemauan.
Menurut asal katanya, motivasi berasal dari bahasa latin movere yang berati menggerakkan. Wolodkowski (1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan prilaku tertentu, dan memberikan arah dan ketahanan pada tingkah laku tersebut. Sedangkan menurut Mc Donald, motifasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan didahului dengan adanya tanggapan terhadap adanya tujuan. Martin Handoko (2002:9) mengartikan motivasi itu sebagai suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri manusia, yang menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasikan tingkah lakunya. Motivasi merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembelajaran dan merupakan sesuatu yang sangat sulit diukur. Menurut Slavin (1997:345), kemauan untuk belajar merupakan hasil dari beberapa faktor, yaitu kepribadian, kebiasaan, serta karateristik belajar siswa.
b. Fungsi Motivasi dalam Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, motivasi itu sangat penting. Martin Handoko (2002:9) merumuskan”montion is on essential condition of learning”. Demikian pula, hasil belajar siswa banyak ditentukan oleh motivasi yang dimilkinya. Semakin besar motivasi yang ada dalam diri siswa, makin besar pula hasil belajar yang akan dicapai. Demikia pula, semakin tepat motivasi yang diberikan guru, semakin baik pula hasil dari proses pembelajaran. Motivasi menentikan itensitas usaha siswa untuk melakukan sesuatu termasuk belajar. Faktor yang sangat berpengaruh pada motivasi belajar siswa yaitu intelegensi, kebutuhan belajar, minat, dan sifat pribadi. Keempat faktor tersebut saling mendukung dan perlu ditumbuhkembangkan dalam diri siswa, sehingga diharapkan tercipta semangat belajar yang tinggi, lalu pada tahap berikutnya siswa mampu melakukan aktivitas demi tercapainya tujuan pemenuhuan kebutuhannya.
4. Penentuan Model Pembelajaran
Masalah penentuan model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar bertitik tolak dari :
a. Materi pelajaran
Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan pembelajaran salah satunya disebabkan oleh penentuan model pembelajaran yang kurang tepat dengan bahan pembelajaran atau materi pelajaran.
b. Efektifitas model pembelajaran
Penggunaan model pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi pembelajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Oleh karena itu efektifitas model pembelajaran dapat terjadi bila ada kesesuaian antara model pembelajaran yang digunakan dengan semua komponen pembelajaran yang telah diprogramkan dalam rencana pelajaran sebagai persiapan tertulis.
c. Pentingnya penentuan model pembelajaran
Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar adalah tercapainya tujuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu sumber pembelajaran berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif sebagai kegiatan siswa di kelas. Salah satu kegiatan yang harus guru lakukan adalah menentukan model pembelajaran yang digunakan sesuai dengan materi yang diajarkan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan model pembelajaran.
Guru lebih mudah menentukan model pembelajaran yang cocok dengan situasi yang dihadapinya, jika memahami karakteristik dan sintaks dari masing-masing model pembelajaran. Penentuan model pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor : 1) peserta didik, 2) tujuan, 3) situasi, 4) fasilitas, 5) guru.
5. Metode Mengajar Geografi.
Metode mengajar dalam proses belajar memegang peranan yang sangat penting. Hal ini dikarenakan metode mengajar akan mempengaruhi situasi kelas secara khusus dan pelaksanaan proses belajar mengajar secara umum. Situasi kelas yang diharapkan adalah situasi yang dapat merangsang siswa untuk belajar, sehingga tujuan dari proses belajar-mengajar akan dicapai secara optimal.
Menurut Danim (1995), mengajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengorganisasian atau menata sejumlah sumber potensi secara baik dan benar sehingga terjadi proses belajar-mengajar. Implikasi definisi adalah bahwa peranan guru bukanlah mentransmisikan atau mendistribusikan pengetahuan kepada peserta didik semata-mata, akan tetapi sebagai direktur belajar. Metode mengajar akan mempengaruhi kegiatan belajar peserta didik. Selain itu, metode mengajar akan lebih efektif digunakan bila memperhitungkan kemampuan dan kesiapan mental siswa sehingga tujuan mengajarkan materi pelajaran itu akan tercapai secara optimal. Kemampuan, keterampilan, dan sikap yang dipilih guru harus relevan dengan tujuan belajar dan disesuaikan dengan sturktur kognitif yang dimiliki peserta didik. Hal ini dimaksud agar terjadi interaksi antara guru dan siswa. Pemilihan metode mengajar dipengaruhi oleh tujuan pembelajaran, materi pelajaran, sarana yang tersedia dan dapat digunakan, peserta dan media pembelajaran yang digunakan.
Ada beberapa metode pengajaran yang umum digunakan, yaitu :
a. Metode Ceramah
b. Metode Tanya jawab
c. Metode Diskusi
Masing-masing metode mengajar yang umum dipergunakan tersebut memiliki kelebihan, kekurangan dan persyaratan serta media termasuk alat Bantu yang berbeda. Terkait dengan tulisan/skripsi ini, kami mencoba memilih beberapa metode mengajar karena relevan dengan mata pelajaran geografi di SMP.
a. Metode Ceramah.
Pada proses belajar mengajar bidang pendidikan dan bidang apapun, metode caramah menjadi metode dasar yang sukar untuk ditinggalkan. Kita telah menyadari bahwa metode ceramah secara langsung tidak melibatkan siswa secara aktif. Oleh karena itu kita menggunakan metode ceramah bervariasi atau multimetode. Metode ini disebut ceramah apabila materi yang diberikan tidak merupakan materi pelajaran yang harus dikuasai oleh pendengarnya. Pada keadaan ini pemaparan materi lebih bersifat pemasyarakatan atau penerapan kepada kelompok yang lebih terbuka, artinya pendengar berasal dari berbagai kalangan yang tidak harus sergam atau terbatas. Matode ini disebut kuliah apabila materi yang disampaikan adalah pelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik.
Pada penerapan metode ceramah, pengajar memberikan penjelasan mengenai materi yang diajarkan, tanpa membaca atau dengan membaca catatan atau buku. Siswa mendengarkan dan memperhatikan. Ciri utama metode ini adalah :
1). Lebih bersifat satu arah, yaitu arus penjelasan dari pengajar kepada peserta didik.
2). Hampir seluruh waktu pembelajaran dikuasai oleh widyaswara, karena itu pengajar dapat mengatur dan menyelesaikan seluruh rencana pemberian materi pelajaran.
3). Siswa, kurang memiliki kesempatan atau bertanya.
4). Materi pelajaran yang dapat diserap oleh siswa lebih tergantung kepada kemampuan peserta dan perhatian yang dicurahkan kepada ceramah pengajar.
5). Siswa kurang berperan serta dalam proses pembelajaran.
Ceramah digunakan untuk memberikan penjelasan yang sifatnya sepintas atau untuk memperkenalkan pengetahuan yang belum banyak diketahui oleh siswa. Ceramah sering digunakan untuk menyampaikan materi yang demikian banyak dalam waktu yang terbatas kepada peserta yang terbatas atau banyak. Ceramah dapat disertai Tanya jawab, tergantung kepada waktu yang tersedia dan kesediaan pemberi ceramah. Untuk dapat menyampaikan materi pelajaran secara lebih menarik, ceramah dilakukan dengan memamfaatkan media pembelajara, antara lain OHP dengan OHPnya, Gambar atau foto, serta film pendek ataupun papan tulis dan flipchart. Penyampaian pelajaran dengan metode ini, hendaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1). Widyaiswara/fasilitator mengucapkan setiap kata secara jelas dan benar, sehingga mudah ditangkap peserta diklat.
2). Kalimat dalam bentuk sederhana, langsung dan lugas, tidak berbelit-belit.
3). Tidak menggunakan kata atau kalimat yang memiliki arti atau pengertian ganda.
4). Widyaiswara/fasilitator berbicara cukup keras, sehingga terdengar jelas oleh setiap peserta diklat.
5). Nada suara tidak datar, akan tetapi naik-turun berirama dengan adanya penekanan kata-kata yang dinggap penting dan sesuai dengan tata bahasa yang benar.
6). Sebaiknya tidak hanya duduk atau berdiri pada suatu tempat, akan tetapi berpindah dengan rileks, agar tidak menimbulkan kejemuan pada pserta didik.
7). Kata-kata atau singkatan yang cukup asing bagi peserta didik, perlu dijelaskan artinya.

b. Metode Tanya Jawab.
Widyaiswara memberikan pertanyaan-pertayaan kepada peserta didik, mengenai materi pelajaran. Peserta didik menjawab sesuai dengan pertanyaan dan kehendak. Jawaban dapat singkat atau merupakan penjelasan. Dengan kata lain metode Tanya jawab adalah suatu cara mengajar atau penyajian materi melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan peserta didik memahami materi tersebut. Maetode Tanya jawab cocok utnuk bahan kajian yang umumnya siswa sudah mengetahui sehingga guru tinggal menggali pengetahuan dari siswa. Menurut Djamarah & Zain (2002), kelebihan-kelebihan metode Tanya jawab adalah :
1). Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian peserta didik.
2). Merangsang peserta didik untuk melatih dan mengembangkan daya pikir, daya ingatan.
3). Mengembangkan keberanian dan dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.
4). Partisipasi siswa akan menjadi aktif.
Adapun kelemahan-kelemahan metode tanya jawab adalah :
1). Siswa merasa takut apabila pengajar kurang mendorong peserta didik untuk berani dengan menciptakan situasi yang tidak tegang.
2). Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan mudah dipahami peserta didik.
3). Waktu sering banyak terbuang, terutama bila peserta didik tidak dapat menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga kali.
4). Dalam jumlah siswa yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk memberikan pertanyaan kepada setiap siswa.
c. Metode Diskusi
Metode pengajaran geografi yang membangkitkan motivasi dan kreativitas berpikir serta keterlibatan dalam proses adalah metode diskusi. Melalui metode diskusi, keterampilan berpikir dalam menanggapi sesuatu persoalan tadi, dapat dibina dan dikembangkan. Sifat dan sikap demokratis, menghargai pendapat orang lain, tenggang rasa, kemandirian, dan sebagainya, dapat dibina dan dikembangkan melalui metode diskusi ini. Sifat dan bobot diskusi harus disesuaikan dengan kemampuan, perkembangan mental pada batas-batas yang serasi dengan tingkat umur siswa. Keikutsertaan dan ketelibatan siswa dalam proses belajar mengajar geografi pada diskusi ini lebih terjamin. Hanya dalam hal ini dituntut lebih akurat ila dibpengelolaan dan pengorganisasian kelas menciptakan susana yang serasi. Guru geografi harus lebih berhati-hati menerapkan metode diskusi bila dibandingkan dengan metode yang lainnya.
6. Kompetensi Dasar Kondisi Fisik Wilayah Indonesia
a. Posisi Geografis Indonesia
Indoneisa merupakan sebuah negara kepulauan terluas di dunia. Sebagai suatu Negara kepulaun, Indonesia terletak suau kawasan strategis. Posisi Indonesia berdasarka batas negaranya terletak pada batas-batas berikut :
1) Sebelah utara berbatasan dengan Negara Malaysia, Singapura, Filipina, Selat Malaka, Selat singapura, Laut Cina Selatan, laut Sulawesi, dan Samudra Pasifik.
2) Sebelah selatan berbaasan dengan nagara Australia, Timur Lorosa’e, Samudra Hindia, Laut Timur, dan laut Arafuru.
3) Sebelah barat berbatasan dengan Samudra Hindia
4) Sebelah timur berbatasan dengan Negara Papua Nugunu dan Samudra Pasifik.
Posisi geogafis Indonesia terbagi atas letak astronomi, letak, geografis, letak geologis, letak maritime, letak ekonomis, dan letak kultur histories. Selain itu, letak geografis Indonesia juga berpengaruh pada perubahan musim di Indonesia.
1) Letak Geografis
Letak suatu Negara adalah letak suatu Negara dilihat dari kenyataannya pada permukaan bumi. Berdasarkan letak geografisnya, Kepulauan Indonesia berada di antara Benua Australia dan Benua Asia, serta di antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.
Pengaruh dari letak geografis Indonesia baik langsung maupun tidak langsung diantaranya sebagai berikut ini.
a) Indonesia berada pada posisi silang lalu lintas perdagangan dan pelayaran dunia.
b) Indonesia mengalami iklim muson yang dipengaruhi daratan Benua Asia dan Benua Australia.
c) Indonesia mendapat pengaruh berbagai kebudayaan dan peradaban dari negara luar.
2) Letak Astronomi
Letak astronomi suatu Negara adalah letak suatu Negara berdasarkan garis lintang dan garis bujurnya. Garis lintang adalah garis khayal pada peta atu globe yang menghubungkan titik bumi barat dengan titik bumi timur dan sejajar dengan garis ekiator. Garis bujur adalah garis khayal pada peta adatu globe yang menghubungkan kedua kutub bumi.
Letak astronomis Negara Indonesia adalah antara 60 LU – 110 LS dan 950 BT – 1410 BT. Wilayah paling utara dan paling barat terletak pada 60 LS dan 950 BT adalah di pulau Weh di ujung utara pulau Sumatra. Wilayah paling selatan pada 110 LS terletak pada pulau Rote di Nusa Tenggara Timur dan wilayah paling timur pada 1410 BT terletak pada kota Merauke du pilau Papua. Bardasarkan letak astronomis tersebut, Indonesia dilalui oleh garis ekuator, yaitu garis khayal pada peta atau globe yang membagi bumi menjadi dua bagian sama besar utara dan selatan. Garis ekuator terletak pada garis lintang 0o dan disebut juga garis khatulistiwa atau garis lini
3) Letak Geologis
Letak geologis adalah letak suatu Negara dilihat dari keadaan batu-batuan yang terdapat dalam tubuh bumi.batuan yang tedapat di Indonesia sangat erat hubungannya dengan system pegunungan yang ada di Indonesia. Indonesia bagian barat dilalui oleh deretan pegunungan Muda Mediterania yang sampai di Indonesia merupakan bagian dari pegunungan Himalaya dengan sifat batuannya basa. Daerah Indonesia bagian tengah dan timur dilalui oleh deretan pegunungan Sirkum Pasifik dengan sifat batuannya asam.
Pengaruh letak geologis terhadap letak geografis diantaranya sebagai berikut :
a) Indonesia memiliki banyak gunung berapi yang menyuburkan tanah di sekitarnya.
b) Sering terjadi gempa bumi terutama Tektonik mdan Gempa bumi Vulkanik.
c) Terdapat tempat-tempat yang kaya akan barang tambang, seperti minyak bumi, batu bara, timah, nikel, emas, dan lain-lainya.


b. Kondisi Fisik Indoneisa
1) Angin Muson Indonesia
Perbedaan tekanan udara antara dua tempat yang berbeda menyababkan adanya pergerakan udara dari daerah bertekanan tinggi (dingin) kedaerah bertekanan rendah (panas). Pergerakan udara karena perbedaan tekanan disebut angin. Angin muson atau dikenal juga angin musimmerupakan angin yang berhembus setiap setengah tahun dan berganti arah. Angin ini menyebabkan terjadinya pergantian musim di Indonesia antara musim hujan dan musim kemarau. Berikut ini pola pergerakan angin muson di Indonesia.
a) Pada bulan Mei sampai Oktober, benua Australia mengalami tekanan udara tinggi sedangkan di benua Asia mengalami tekanan udara rendah sehingga angin terhembus dari benua Australia ke benua Asia. Pada saat tersebut, Indonesia mengalami musim kemarau. Peristiwa ini dikenal sebagai angin musim timur.
b) Pada bulan November sampai April, Benua Asia mengalami tekanan udara tinggi sedangkan benua Australia mengalami tekanan rendah sehingga angin berhembus dari benua Asia ke benua Australia. Pada saat tersebut, Indonesia mengalami musim hujan karena angin dari daratan Asia banyak membawa uap air. Peristiwa pergerakan angin seperti ini dikenal sebagai angin muson barat.
c) Pada bulan Maret sampai April dan September sampai Oktober terjadi musim pancaroba, yaitu musim peralihan dari musim hujan ke musim kemarau pada bulan Maret sampai April dan dari musim kemarau kemusim hujan pada bulan September samapai Oktober. Fenomena ini terjadi akibat adanya embusan angin yang tidak menentu dan arah angin yang senantiasa berubah di Indonesia.
2) Perubahan musim di Indonesia
Iklim mencakup kajian tentang fenomena fisik atmosfer sebagai hasil interksi antara proses fisik dan kimia yang terjadi di atmosfer dengan permukaan bumi. Iklim selalu berubah menurut ruang waktu dengan pola atau siklus tertentu, baik harian, musiman, tahunan, maupun siklus beberapa tahun. Selain perubahan secara alami, iklim dapat juga berubah karena pengaruh manusia yang merubah komposisi atmosfer sehingga memperbesar keragaman iklim. Keragaman iklim dibedakan atas beberapa hal sebagai berikut:
a) Keragaman menurut tempat, yang ditentukan oleh letak (jauh dekatnya suatu tempat dari peredaran matahari), ketinggian tempat, sebaran daratan dan lautan, serta arah angin utama.
b) Keragaman menurut waktu, yang ditentukan oleh perputaran bumi pada sumbunya (rotasi bumi).
3) Jenis Tanah di Indonesia
Tanah merupakan unsure permukaan bumi yang sangat penting untuk kehidupan. Tanah adalah lapisan atas bumi yang terbentuk dari berbagai campuran, yaitu dari pelapukan batuan induk (anorganik) dan jasad tumbuhan serta binatang yang sudah mati (organic). Oleh Karena pengaruh tempratur udara, angin, hujan, dan batuan, jasad makhluk hidup tadi menjadi lapuk, mineral-mineralnya terlepas, dan kemudian membentuk bahan yang disebut tanah. Jenis tanah antara daerah yang satu dengan daerah yang lain memiliki perbedaan. Perbedaan jenis tanah disebabkan oleh pebedaan batuan induk, curah hujan, intensitas penyinaran matahari, relief, dan tumbuhan penutup tanah.
c. Keanekaragaman Hayati Indonesia
Jutaan tahun lalu, pulau Sumatra, Jawa, dan Kalimantan merupakan bagian dari daratan Asia. Sementara itu, pulau Halmahera dan Papua merupakan bagian dari daratan Australia. Pulau Sulawesi dan beberapa pulau di sekitarnya seperti Kepulauan Maluku terpisah dari kedia daratan tersebut. Mencairnya es di kutub bumu jutaan tahun lalu mengakibatkan laut menjadi pasang sehingga memisahkan pulau Sumatra, Jawa, dan Kalimantan dari daratan Benua Australia. Perubahan tersebut berpengaruh terhadap keanekaragaman flora dan fauna yang ada di Indonesia.

7. Kompetensi Dasar Dinamika Kependudukan Di Indonesia
Jumlah penduduk pada suatu wilayah atau negara selalu berubah-ubah. Perubahan jumlah penduduk tersebut dinamakan dinamika kependudukan. Jumlah penduduk suatu negara dari tahun ke tahun pada umumnya selalu bertambah. Jarang kita jumpai ada negara yang memiliki jumlah penduduk yang tetap, apalagi berkurang.
Dinamika kependudukan atau perubahan jumlah penduduk ditentukan oleh 3 (tiga) faktor yaitu kelahiran (natalitas), kematian (mortalitas), dan perpindahan penduduk (migrasi). Kelahiran bersifatmenambah, kematian bersifat mengurangi, sedangkan migrasi dapat bersifat manambah karena migrasi masuk dan dapat pula bersifat mengurangi karena migrasi keluar. Ketiga faktor ini termasuk dalam faktor demografi. Demografi adalah ilmu yang mempelajari tentang susunan, jumlah, dan perkembangan penduduk. Pertumbuhan penduduk di Indonesia terutama ditentukan oleh faktor angka kelahiran dan angka kematian, karena angka migrasi masuk dan keluar yang ada di Indonesia masih terlalu kecil.
Selain unsur dinamika penduduk yang bersifar demografi, ada pula unsur dinamika penduduk nondemografi, yaitu tingkat kesalahan dan tingkat pendidikan penduduk. Tingkat kesehatan penduduk mempengaruhi tingkat kematian. Semakin tinggi tingkat kematian kesehatan penduduk semakin rendah tingkat kematian penduduk. Sedangkan bila semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk, maka akan semakin tinggi tingkat kesehatan penduduk.
a. Sumber Data Kependudukan
Jumlah penduduk di suatu tempat atau negara dapat diketahui melalui sensus penduduk, regetrasi penduduk, dan survei penduduk. Sesus Penduduk adalah keseluruhan proses pengumpulan , penghimpunan, dan menyusun serta menerbitkan data-data demografi, ekonomi, dan sosial yang menyangkut semua orang pada waktu tertentu di suatu negara atau wilayah tertentu. Dari data sensus dapat diketahui berapa jumlah dan ciri-ciri penduduk pada suatu negara atau suatu wilayah tertentu. Berdasarkan pelaksanaanya sensue penduduk terbagi berbagai-bagi yaitu sensus De Jure, dan sensus de Fakto.
Regestrasi Penduduk adalah kumpulan keterangan mengenai terjadinya perestiwa kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk yang terjadi di tempat penduduk tersebut. Survei Penduduk memiliki pengertian yang hampir sama dengan sensus, perbedaannya terletak pada jumlah penduduk yang dicacah. Pada sensus, semua penduduk dilakukan pencacahan sedangkan pada survei, penduduk yang dicacah tidak seluruhnya namun dicacah beberapa saja untuk dijadikan sampel. Adapun berdasarkan sifatnya, sensus bersifat umum sedangkan survei bersifat khusus.


b. Kelahiran
Angka kelahiran dapat terus bertambah karena dipengaruhi beberapa faktor sebagai berikut,
1) Kawin masih muda, yaitu masih adanya pandangan bahwa wanita harus menikah pada usia muda sebab bila terlambat menikah, keluarga akan mendapat malu.
2) Adanya anggapan bahwa anak merupakan tumpuan orang tua di hari tua.
3) Diberlakukannya Undang-undang perkawinan, yaitu UU No. 1 tahun 1974 yang menetapkan usia kawin bagi peria 19 tahun dan wanita 16 tahun.
c. Kematian (Mortalitas)
Tinggi rendahnya kematian suatu negara dipengaruhi oleh faktor penunjang kematian sebagai berikut.
1) Masih rendahnya kesadaran penduduk akan pentingnya kesehatan.
2) Fasilitas kesehatan belum memadai, seperti terbatasnya jumlah rumah sakit, peralatan kesehatan, dan jumlah tenaga medis.
3) Tingkat gizi penduduk yang masih rendah.
4) Terjadinya bencana alam, seperti tanah longsor, banjir, gunung meletus, gempa bumi, dan lainnya
Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, kematian dapat dicegah dan angka kematian dapat dikurangi. Beberapa faktor penghambat kematian di antaranyaberikut ini.
1) Meningkatnya kesadaran penduduk akan pentingnya kesehatan
2) Fasilitas kesehatan yang memadai dan didukung oleh peralatan canggih.
3) Meningkatnya tingkat gizi penduduk
4) Meningkatnya keimanan, bahwa membunuh atau bunuh diri dilarang dalam agama
8. Kompetensi Dasar Lingkungan Hidup dan Pelestariannya
Lingkungan hidup merupakan tempat bagi semua makhluk hidup. Di sana makhluk hidup beraktivitas sehari-hari. Manusia, hewan, dan tumbuhan merupakan makhluk hidup yang saling membutuhkan memnjadi satu kesatuan. Tanpa tumbuhan yang mmenghasilkan oksigen dan sum,ber makanan, manusia dan hewan tidak dapat hidup. Tumbuhan pun membutuhkan tanah dan udara untuk media dan berkembangnya. Tumbuhan pun membutuhkan tanah dan udara untuk media tumbuh dan berkembangnya. Kesemua hal-hal tersebut merupakan unsure-unsur lingkungan hidup.
a. Lingkungan hidup dan Permasalahannya
Indonesia telah memiliki undang-undang yang mengatur tentang lingkungan hidup, yaitu Undang-Undang RI Nomor 28 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan hidup. Undang – undang ini terdiri dari sebelas bab dan 52 pasal. Berikut beberapa pasal yang penting dan berhubungan dengan lingkungan hidup dan pengertiannya.
Manusia dalam bumi tidak sendirian melainkan bersama makhluk hidup lain, yaitu hewan dan tumbuhan terdapat hubungan saling membutuhkan satu sama lain yang sangat erat. Makhluk hidup selain manusia (hewan dan tumbuhan) bukanlah sekedar kawan hidup netral dan pasif terdapat manusia, melainkan hidup manusia terkait erat pada mereka.

B. Kerangka Pikir

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir




























C. Hipotesis

Terdapat peningkatan hasil belajar geografi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Anggeraja Kabupaten Enrekang dengan menggunakan media gambar.




BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Variabel dan Desain Penelitian
1) Jenis Penelitian
Dalam penelitian terdapat beberapa jenis penelitian antara lain :
a) Penelitian survai
b) Classroom Action Research
c) Grounded research
d) Kombinasi pendekatan kualitatif dan kuantitatif
e) Analisa data sekunder
Dari berbagai jenis penelitian yang disebutkan di atas maka salah satu jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian ilmiah yang secara langsung dapat memberikan sumbangan bagi peningkatan kualitas praktik kependidikan adalah penelitan tindakan. Perpaduan antara istilah penelitian dan tindakan menggambarkan ciri esensial dari pendekatan ini, yaitu mencoba menerapkan ide-ide atau pemikiran kedalam praktik sebagai sarana pengembangan dan peningkatan pengetahuan tentang sesuatu. Misal penelitian tindakan kelas merupakan perbaikan praktik.
Manfaat Penelitian tindakan kelas yaitu untuk mengembangkan pemikiran dan peningkatan pengetahuan serta praktik kependidikan dan pembelajaran. hasilnya digunakan untuk mengembangkan sekolah dan kelas, serta artikulasi secara tepat dan justifikasi terhadap rasionalisasi pendidikan yang dilakukan. Stenhouse secara cermat menekankan bahwa penelitian tindakan seharusnya tidak hanya melakukan praktik namun juga sebuah teori pendidikan dan pembelajaran yang dapat diakses ke guru-guru lain. Sehingga penelitian tindakan merupakan suatu cara untuk menggabungkan teori dan praktik menjadi satu kesatuan.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran kelas. Di ruangan kelas, PTK dapat berfungsi sebagai :
a) Alat untuk mengatasi masalah-masalah yang didiagnosis dalam situasi pembelajaran di kelas.
b) Alat pelatihan dalam-jabatan, membekali guru dengan keterampilan dan metode baru dan mendorong timbulnya kesadaran-diri, khususnya melalui pengajaran sejawat.
c) Alat untuk memasukkan ke dalam sistem yang ada (secara alami) pendekatan tambahan atau inovatif
d) Alat untuk meningkatkan komunikasi yang biasanya buruk antara guru dan peneliti
e) Alat untuk menyediakan alternatif bagi pendekatan yang subjektif, impresionistik terhadap pemecahan masalah kelas.
Ada dua butir penting yang perlu disebut di sini. Pertama, hasil penelitian tindakan dipakai sendiri oleh penelitinya, dan tentu saja oleh orang lain yang menginginkannya. Kedua, penelitiannya terjadi di dalam situasi nyata yang pemecahan masalahnya segera diperlukan, dan hasil-hasilnya langsung diterapkan/dipraktikkan dalam situasi terkait. Ketiga, peneliti tindakan melakukan sendiri pengelolaan, penelitian, dan sekaligus pengembangan.
Secara singkat penelitian kelas dapat didefenisikan sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat relektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta memperbaiki kondisi di mana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan. Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, penelitian tindakan kelas (classroom action research) dilaksanakan berupa proses pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 tahap yaitu :Merencanakan, Melakukan Tindakan, Mengamati, Refleksi. Hasil refleksi terhadap tindakan yang dilakukan akan digunakan kembali untuk merevisi rencana jika ternyata tindakan yang dilakukan belum maksimal untuk memacahkan masalah yang merisaukan. Setelah siklus ini berlangsung beberapa kali, barangkali perbaikan yang diinginkan sudah berakhir, namun biasanya muncul akan muncul kembali masalah baru atau kerisauan baru. Masalah ini akan kembali dipecahkan dengan mengikuti dayr PTK. Jika



model penelitian ini dilaksanakan berarti guru atau peneliti sedang mengembangkan kemampuan profesionalnya secara sistematis. Singgarimbun, Masri (1989). Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bersifat deskriptif dan bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar geografi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Anggeraja Kabupaten Enrekang dengan menggunakan media pembelajaran geografi.
2) Variabel Penelitian
Alfandi (2001:44) mengemukakan bahwa :”variabel adalah suatu sifat atau jumlah yang mempunyai nilai kategoriat atau mempunyai nilai yang dapat dinyatakan dengan bilangan.” Oleh karena itu, untuk mengarahkan kajian dalam penelitian ini, maka variabel penelitian ini perlu diketahui. Penelitian ini terdiri atas dua variabel, yaitu motivasi belajar siswa dan hasil belajar geografi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Anggeraja Kabupaten Enrekang.
B. Defenisi Operasional Variabel
Untuk menghindari beda penafsiran tentang variabel dalam penelitian, maka dirumuskan defenisi operasional
1) Motivasi belajar siswa, artinya di dalam proses pembelajaran peneliti ingin mengetahui motivasi belajar siswa dengan menggunakan media pembelajaran gambar yang relevan dengan materi pokok bahasan.
2) Hasil belajar geografi siswa adalah nilai yang diperoleh melalui tes akhir di setiap siklus. Tingkat penguasaan materi oleh siswa tercermin dari skor yang dicapai setiap siswa dari jawaban tes hasil belajar geografi
C. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Anggeraja yang terletak di jalan poros Tana Toraja – Makassar, Kelurahan Tanete Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang. Pelaksanaan penelitian ini mulai dari bulan Mei dan berahir pada bulan juli 2008.
D. Bentuk dan Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kelas dengan bentuk penelitian tindakan. pada pembelajaran pertama, sama dengan yang diterapkan pada pembelajaran kedua dan ketiga, hanya refleksi terhadap setiap pembelajaran berbeda tergantung dari fakta dan interpretasi data yang ada atau situasi dan kondisi yang dijumpai. Hal ini dilakukan agar diperoleh hasil yang maksimal mengenai cara penggunaan media pembelajaran media gambar.

Selanjutnya desain penelitian secara umum digambarkan seperti bagan di bawah ini :











E. Prosedur Kerja
Penelitian ini dilaksanakan dengan beberapa prosedur yaitu :
(1) Perencanaan (2) pelaksanaan tindakan (3) observasi (4) evaluasi.
1. Gambaran Siklus I
Siklus pertama berlangsung selama 3 kali pertemuan (3 jam pelajaran), dengan rincian : pertemuan pertama dan kedua dilakukan penyajian materi, dan pada pertemuan ketiga dilakukan tes akhir siklus I.



a) Tahap perencanaan
1) Menelaah materi mata pelajaran geografi Kelas VIII SMP semester genap berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran (KTSP) agar dapat diketahui materi apa yang akan diajarkan.
2) Menentukan materi yang akan diajarkan dalam tahap I
3) Melakukan diskusi dengan guru mata pelajaran geografi pada sekolah lokasi penelitian dengan tujuan mengalokasikan waktu yang akan digunakan.
4) Mempersiapkan perangkat pembelajaran yakni Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Yang akan digunakan selama proses belajar-mengajar berlangsung dalam penelitian ini.
5) Sebelum memulai proses pembelajaran peneliti melakukan pertemuan untuk mengetahui keadaan siswa ketika proses pembelajaran geografi berlangsung.
6) Membuat format observasi untuk merekam bagaimana kondisi belajar mengajar dikelas ketika pelaksanaan tindakan berlangsung.
7) Merancang dan membuat soal, baik soal latihan kelas, soal tugas pekerjaan rumah, LKS (lembar kegiatan siswa) dan kuis yang akan diberikan.
8) Mempersiapkan alat, bahan dan media pembelajaran.
b) Tahap pelaksanaan tindakan
Pada saat pelaksanaan tindakan untuk siklus ini, yang pertama dilakukan peneliti adalah menjelaskan kepada siswa tujuan yang ingin dicapai untuk materi pada pelajaran hari itu. Kemudian guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok kecil, dan setiap kelompok tersebut mencatat, memahami dan menyelesaikan soal-soal yang berkenaan dengan materi tersebut. Selanjtnya setiap kelompok mempersentasekan hasil diskusi kelompoknya dan ditanggapi oleh kelompok lain. Selama proses tersebut berlangsung, guru mencatat semua kejadian yang dianggap penting baik mengenai kegiatan siswa selama diskusi maupun tanggapan yang diberikan oleh siswa yang lain.
c) Tahap observasi
Pada tahap ini dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1) Proses observasi pada saat siswa mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.
2) Mengevaluasi siswa dengan materi-materi yang telah diajarkan
3) Menganalisis data hasil observasi dan tes evaluasi siswa untuk mengetahui skor akhir yang diperoleh.
d) Tahap refleksi
Hasil yang dicapai pada tahap observasi dikumpulkan dan dianalisis. refleksi yang dimaksud adalah pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan siswa, dan kemudian menjadi bahan pertimbangan untuk merumuskan rencana perbaikan pada tahap selanjutnya.


2. Gambaran Siklus II
Pada prinsipnya kegiatan dalam siklus II ini adalah pengulangan langkah kerja siklus sebelumnya yang telah mengalami perbaikan dan pengembangan yang disesuaikan dengan hasil refleksi dari siklus I. Siklus kedua berlangsung selama 3 kali pertemuan (3 jam pelajaran), dengan rincian : pertemuan pertama dan kedua penyajian materi, dan pada pertemuan ketiga dilakukan tes akhir siklus II.
3. Gambaran Siklus III
Seperti pada siklus sebelumnya kegiatan dalam siklus III ini adalah pengulangan langkah kerja siklus pertama dan kedua yang telah mengalami perbaikan dan pengembangan yang disesuaikan dengan hasil refleksi dari siklus II. Siklus ketiga berlangsung selama 3 kali pertemuan (3 jam pelajaran), dengan rincian : pertemuan pertama dan kedua penyajian materi, dan pada pertemuan ketiga dilakukan tes akhir siklus III.
F. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Untuk data mengenai motivasi siswa dalam mengikuti proses belajar akan diambil dengan menggunakan pedoman observasi .
2) Data tentang hasil belajar geografi yang diperoleh dengan menggunakan tes hasil belajar pada setiap akhir tahap.
G. Analisa Data
Data hasil prestasi belajar geografi dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. Kriteria yang digunakan untuk menentukan kategori hasil belajar siswa adalah berdasarkan teknik kategorisasi skala lima. Menurut Depdikbud (1993 :7) bahwa : skor standar umum yang digunakan adalah skala lima yaitu pembagian tingkat penguasaan yang terbagi atas lima kategori, yaitu :
90 – 100 dikategorikan sangat tinggi
80 – 89 dikategorikan tinggi
65 – 79 dikategorikan sedang
55 – 64 dikategorikan rendah
55 – 64 dikategorikan rendah
0 – 54 dikategorikan sangat rendah
Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan penerapan media pengajaran geografi dan skor hasil belajar siswa. Analisis data tersebut ditampilkan dalam bentuk nilai maksimum, minimum, nilai rata-rata standar deviasi serta frekuensi dan persentase hasil belajar.
H. Indikator Keberhasilan
Indikator dari penilaian ini adalah apabila terjadi peningkatan skor rata-rata hasil belajar geografi dari tahap pertama ke tahap kedua. Perlakuan dianggap berhasil apabila mencapai nilai ketuntasan individu mencapai 65 dan ketuntasan secara klasikal harus mencapai 85% dari jumlah siswa.




BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
SMP Negeri 1 Anggeraja terletak dikelurahan Lakawan yang merupakan ibukota kecamatan Anggeraja. Kecamatan Anggeraja merupakan salah satu kecamatan yang ada dalam wilayah Kabupaten Enrekang. Wilayah Kecamatan Anggeraja memiliki luas 11.260 hektar yang terdiri dari sebelas desa/kelurahan. Adapun batas wilayah Kecamatan Anggeraja sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Alla, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Enrekang, Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Enrekang, Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Anggeraja Timur
Letak SMP Negeri 1 Anggeraja dianggap cukup strategis, dimana letaknya berada di ibukota kecamatan dengan luas tanah adalah 7328 m2 dengan luas bangunan sekolah adalah 2044 m2. Keadaan gedung SMP Negeri 1 Anggeraja merupakan bangunan yang permanen dengan keadaan lingkungan yang baik, selain itu bangunan yang mengelilingi sekolah ini atau batas-batas lingkungan sekitar sekolah adalah :
a) Sebelah timur berbatasan dengan SMP Negeri 4 Anggeraja.
b) Sebelah utara berbatasan dengan Kantor Kecamatan Anggeraja.
c) Sebelah selatan berbatasan dengan areal pemukiman dan persawahan.
d) Sebelah barat berbatasan dengan areal perkebunan dan persawahan.
2. Fasilitas
Dalam hal kepemilikan fasilitas, SMP Negeri 1 Anggeraja memiliki fasilitas yang dapat dikategorikan cukup memadai untuk berlangsung proses belajar mengajar di sekolah, berikut ini fasilitas gedung dan bangunan sekolah yang terdapat dalam lingkungan SMP Negeri 1 Anggeraja. Sarana dan prasarana pendidikan dalam suatu sekolah memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan dalam proses belajar mengajar sekalipun siswa dan guru berlimpah ruah tetapi sarana dan prasarana tidak ada, tujuan pendidikan tidak akan tercapai dengan sempurna.
Sarana dan prasarana yang dimiliki SMP Negeri 1 Anggeraja ajaran 2007/2008 adalah :









Tabel 1. Keadaan Fasilitas SMP Negeri 1 Anggeraja Tahun Ajaran 2007/2008
No Fasilitas Ruangan Jumlah Fasilitas Belajar Jumlah
1 Ruang Kelas untuk belajar 11 Unit Alat peraga IPA 15 Buah
2 Ruang Kepala Sekolah 1 Unit Alat praktek kesenian 15 Buah
3 Ruang Wakil Kepala Sekolah 1 Unit Alat praktek penjaskes 10 Buah
4 Ruang Tata Usaha 1 Unit Audio player/ radio 2 Buah
5 Ruang BK 1 Unit Video player/ televisi 2 Buah
6 Ruang Guru 1 Unit Komputer 15 Buah
7 Ruang Perpustakaan 1 Unit Display/ mading 1 Buah
8 Ruang Laboratorium IPA 1 Unit Perpustakaan 1 Buah
9 Ruang Laboratorium Komputer 1 Unit LCD 2 Buah
10 Mushallah 1 Unit OHP
11 Unit Kegiatan Siswa 1 Unit
12 Lapangan olah raga 1 Unit
13 Kantin 3 Unit
14 Dapur 1 Unit
15 Ruang Pertemuan/ Serba Guna 1 Unit
16 Gudang / WC 2 Unit
Sumber Data : Kantor Tata Usaha SMP Negeri 1 Anggeraja Tahun Ajaran 2007/2008


3. Siswa
Siswa SMP Negeri 1 Anggeraja sebagian besar adalah mereka yang telah diterima berdasarkan seleksi Nem tertinggi. Jumlah dari seluruh siswa Siswa SMP Negeri 1 Anggeraja tahun ajaran 2007/2008 adalah 426 orang dapat kita lihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Jumlah Siswa SMP Negeri 1 Anggeraja
Kelas Jumlah Siswa Total Jumlah Ruangan
Laki-Laki Perempuan
I 76 84 160 4
II 73 83 156 4
III 51 63 114 3
Jumlah 200 230 430 11
Sumber : Buku Registrasi SMP Negeri 1 Anggeraja

Dari tabel 4 di atas menjelaskan bahwa, jumlah siswa kelas 1 setiap ruangan terdiri dari 39 – 37 siswa. Kelas 2 jumlah siswa terdiri dari 37 – 40 siswa setiap ruangan, dan kelas 3 jumlah siswa terdiri dari 36 - 39 siswa setiap ruangan.
4. Personil
Staf SMP Negeri 1 Anggeraja terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru-guru, dan staf tata usaha, pegawai tetap dan satpam, jumlah keselurahan adalah 43 orang dengan perincian sebagai berikut (untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table dibwah ini

Tabel 3. Jumlah Tenaga Pembina SMP Negeri 1 Anggeraja
Jabatan Jumlah Tenaga Pembina
Kepala Sekolah 1
Wakil Kepala Sekolah 1
Guru Tetap 26
Guru Tidak Tetap 4
Staf Tata Usaha 4
Pegawai Tidak Tetap 3
Satpam 2
Jumlah 43
Sumber : Buku Registrasi SMP Negeri 1 Anggeraja

B. PENYAJIAN HASIL
1. Pelaksanaan tindakan dalam proses belajar geografi dengan menggunakan media gambar
a) Siklus I
Pada pertemuan pertama diawali dengan penjelasan atau sosialisasi kepada siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja yang menjadi subjek penelitian tentang pemanfaatan media gambar pada pelajaran geografi. Pada pertemuan pertama ini guru menggunakan metode mengajar Ceramah bervariasi dan kelompok diskusi. Sebelum memulai materi siswa disuruh untuk mengamati dan memperhatikan media yang akan disajikan. Dengan menggunakan media gambar peta, contoh-contoh gambar permukaan bumi dan globe Siswa diberikan materi tentang struktur Posisi Geografis Indonesia. Setelah diberikan materi, siswa kemudian diintruksikan untuk membentuk kelompok diskusi untuk membahas kembali materi yang telah dipaparkan tadi. Setelah selesai, siswa kemudian diberikan tugas dan mereka diberikan kesempatan untuk menyebutkan letak geografis Indonesia dan menyebutkan letak astronomis Indonesia dan kemudian kelompok lain menanggapi. Pada pertemuan pertama ini diskusi berjalan lancar dan tidak terlalu banyak tanggapan karena sebagian besar siswa bisa menyelesaikan tugasnya dengan benar. Setelah pelajaran hampir usai kemudia guru memberikan tugas rumah kepada siswa untuk menyebutkan letak geografis Sulawesi Selatan dan letak astronomis Sulawesi Selatan menurut pendapatnya masing-masing.
Pada pertemuan kedua metode pengajaran yang digunakan metode ceramah dan tanya jawab dengan diawali dengan menyuruh siswa untuk memperhatikan media peta pembagian iklim di dunia dan globe. Setelah siswa memperhatikan media yang ditampilkan di depan kelas kemudian guru menjelaskan materi tentang pembagian iklim di dunia dan pembagian musim di Indonesia serta pengaruhnya terhadap kondisi fisik di Indonesia. Setelah menjelaskan materi tersebut guru mengadakan metode tanya jawab terhadap siswa. Guru membuat beberapa pertanyaan tentang materi yang telah dibawakan tadi dengan hubungannya media gambar yang telah ditampilkan kemudian siswa dipersilahkan untuk menjawab tanpa harus ditunjuk. Setelah itu, siswa kemudian dipersilahkan lagi untuk membuat pertanyaan yang kemudian siswa lainnya yang dipersilahkan untuk menjawab pertanyaan dari temannya. Karena masih banyaknya jawaban dari siswa yang kurang tepat dari pertanyaan yang telah diberikan, guru membahas kembali dari pertanyaan-pertanyaan yang kurang dimengerti oleh para siswa. Setelah penjelasan selesai, guru memberikan tugas kepada siswa untuk merangkum materi yang telah dibawakan tadi, kemudian dipersilahkan membacakan hasil rangkumannya di depan kelas. Setelah pelajaran hampir selesai, guru memberikan intruksi kepada siswa bahwa akan diadakan ujian tes pada pertemuan berikutnya menyangkut materi yang telah dibawakan sebelumnya.
pada pertemuan ketiga ini dilakukan tes hasil belajar siklus I yang diikuti oleh semua siswa kelas VIIIc yang berjumlah 40 orang. Tapi sebelumnya, siswa diberi kesempatan untuk mempelajari kembali materinya kurang lebih 10 menit dan bertanya jika ada materi yang belum dimengerti selama ini. Karena banyaknya siswa yang kurang memperhatikan pada saat penjelasan dan lebih banyak melakukan kegiatan lainnya pada saat penjelasan materi sehingga maka banyak siswa yang memperoleh hasil tes masih sangat rendah. Hal ini juga dikarenakan kurang cukupnya waktu pengajaran untuk menjelaskan secara terperinci mengenai materi yang dibawakan sehingga siswa lebih cenderung bingung memahami materi palajaran dan keterkaitannya dengan media gambar yang ditampilkan.
b) Siklus II
Setelah melihat hasil evaluasi siswa yang masih sangat rendah pada siklus I maka, guru melakukan perbaikan pada siklus kedua. Pada pembelajaran siklus II hampir sama dengan pada pembelajaran pada Siklus I perbedaannya hanya pada metode pembelajaran yang digunakan. Pada siklus II metode pembelajaran yang digunakan hampir sama dengan pada siklus I yaitu metode ceramah bervariasi, metode diskusi, tanya jawab, kemudian di tambah metode exlamper non exlamper.
Pada pertemuan pertama metode yang digunakan guru metode ceramah bervariasi dan tanya jawab. Sebelum memulai pembelajaran guru menampilkan media gambar grafik pertumbuhan penduduk Indonesia kemudian mejelaskannya hubungannya dengan pertumbuhan penduduk di Indonesi. Setelah mejelaskan materi masalah kependudukan guru memepersilahkan kepada siswa untuk bertanya kembali mengenai materi yang kurang dimengerti oleh siswa dibentuk ke dalam kelompok diskusi yang berbeda. Setelah pelajaran hampir usai kemudia guru memberikan tugas rumah kepada siswa untuk mengamati lingkuangan rumahnya dan menjelaskan secara tulisan mengenai kehidupan penduduk yang dalam lingkungannya dirumah sendiri menurut pendapatnya masing-masing.
Pada pertemuan kedua metode pengajaran yang digunakan Pada pertemuan kedua yaitu diskusi picture and picture. Sebelum memulai pelajaran guru membagi kelompok diskusi yang baru sehingga mereka akan merasakan suasana baru. Setelah membagi kelompok diskusi, guru kemudian memberikan pengantar atau penjelasan sedikit mengenai dinamika kependudukan serta faktor-faktor yang mendukung dan penghambatnya. Setelah itu, guru memasang gambar yang urutan yang secara tidak teratur, kemudian setiap kelompok dipersilahkan untuk tampil kedepan kelas untuk mengurutkan gambar yang telah dipasang sesuai dengan urutannya setelah itu menjelaskan mengapa mengurutkan gambar tersebut sehingga sesuai dengan urutannya. Kegiatan tersebut terus berlangsung sampai waktu pelajaran mau habis. Setelah pelajaran hampir selesai, guru memberikan intruksi kepada siswa bahwa akan diadakan ujian tes pada pertemuan berikutnya menyangkut materi yang telah dibawakan sebelumnya.
Kegiatan pembelajaran siklus II berjalan dengan baik dan lancar walaupun nampak dari sebagian besar siswa merasa jenuh karena banyaknya materi perhitungan pada materi kependudukan. Walaupun perhatian siswa sedikit lebih meningkat mereka masih sangat susah untuk mengerti atau memhami materi tentang kependudukan khususnya pada materi perhitungannya serta masih kurangnya mental siswa untuk berani tampil ke depan kelas untuk mengungkapkan pendapatnya dikarenakan belum bisa mengaktualisasikan dari hasil pengamatannya ke media gambar yang akan diurutkan serta kebanyakan siswa belum berani untuk tampil salah, sehingga pada saat melakukan evaluasi hasil belajar, nilai siswa pun kurang memuaskan.
c) Siklus III
Melihat dari hasil evaluasi siswa pada siklus II yang kurang memuaskan, maka perlu melakukan perbaikan pada siklus III. Pada pembelajaran siklus III juga sama dengan pembelajaran siklus I dan II. Perbedaannya hanya pada metode pembelajaran yang digunakan. Pada siklus III juga menggunakan metode pembelajaran cceramah bervariasi, kelompok diskusi dan ditambah metode Exlamper Non exlamper, pada siklus III ini siswa dibentuk ke dalam kelompok yang berbeda. Agar mereka merasakan suasana baru.
Pada pertemuan pertama guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan media gambar yang telah dipasang di depan kelas kemudian guru menjelaskan secara singkat mengenai materi unsur-unsur lingkungan serta keterkaitanya dengan ekosistem yang ada di sekitarnya. Setelah menjelasakan materi pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang masing kurang dipahami. Setelah pembelajaran hampir usai, guru memberikan tugas rumah kepada siswa untuk memperhatikan lingkungan disekitar tempat tinggalnya dan menjelaskan sesuai dengan kenampakan yang diamati.
Kemudian pada pertemuan kedua, guru menampilkan media gambar yang telah digunakan pada pertemuan sebelumnya. Sebelum pembelajaran dimulai, guru mempersilahkan kepada setiap siswa untuk masing-masing menunjukan contoh gambaran lingkungan disekitar tempat tinggalnya dengan menggunakan media gambar yang telah ditampilkan di depan kelas dan menjelaskan alasannya sehingga memilih gambar tersebut. Setelah semua telah selesai mendapatkan giliran, guru kemudian menjelaskan kembali maksud dari kegiatan tersebut dan meluruskan apabila ada pendapat siswa yang kurang tepat. Kegiatan pembelajaran siklus III berjalan dengan sangat baik dan perhatian siswa lebih meningkat sehingga pada saat menganalisis hasil evaluasi pada siklus ketiga terjadi peningkatan yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena siswa merasa sangat mudah untuk memahami materi pembelajaran yang diberikan karena mereka diberikan media gambar yang sangat mudah dimengerti dan sering mereka jumpai pada lingkungan disekitar tempat tinggal mereka.
2. Hasil Analisis Kualitatif
Pada bagian ini membahas tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja selama diterapkannya media gambar sebagai media pembelajaran. Pembahasan yang dimaksud merupakan data kualitatif yang diperoleh dari lembar observasi siswa yang dicatat oleh peneliti pada setiap pertemuan selama proses pembelajaran berlangsung dari tiap-tiap siklus. Adapun perubahan-perubahan tersebut adalah :
a) Tingkat kehadiran siswa tidak mengalami perubahan yang berarti pada setiap siklus. Adapun siswa yang tidak hadir dikarenakan sakit atau izin.
b) Perhatian siswa dalam mengikuti proses pembelajaran juga mengalami peningkatan dari siklus I, siklus II dan siklus III. Hal ini terlihat pada beberapa hal berikut :
1) Jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan dan tanggapan kepada guru dari siklus I ke siklus II dan siklus III mengalami peningkatan.
2) Jumlah siswa yang mengerjakan tugas rumah juga meningkat. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi pada setiap siklus. Pada siklus I terdapat hanya 32 siswa yang dapat menyelesaikan tugas dirumah dan 8 orang yang tidak dapat menyelesaikan tugasnya di rumah. Pada siklus II jumlah siswa yang dapat mengerjakan tugasnya di rumah ada 39 siswa dan yang tidak mengerjakan tugasnya dirumah hanya 1 orang, itupun dikarenakan tidak hadirnya siswa pada saat pemberian soal-soal yang akan dikerjakan di rumah.
3) Jumlah siswa yang memperhatikan pembahasan materi juga mengalami peningkatan. Ini dapat dilihat dari sikap siswa pada saat menerima materi pelajaran. Siswa sangat gembira dan senang apabila mereka di perlihatkan contoh-contoh media gambar yang bersangkutan dengan materi yang dibawakan. Ini terjadi pada setiap siklus.
4) Siswa yang aktif memberikan contoh masalah dalam kehidupan sehari-hari terkait dengan materi yang dipelajari juga mengalami peningkatan.
5) Jumlah Siswa yang memperhatikan media yang digunakan
6) Siswa yang mengajukan diri untuk mengerjakan soal di papan tulis juga mengalami peningkatan.
7) Meningkatnya daya kreatifitas siswa dalam menyajikan media media yang lain yang berhubungan dengan materi pelajaran.
c) Kerjasama dan komunikasi siswa dalam kelompok semakin terjalin yang ditandai dengan adanya beberapa siswa yang bertanya dan meminta penjelasan kepada teman kelompoknya berkaitan dengan materi yang diberikan.
d) Perubahan sikap siswa

Tabel 4. Perubahan Sikap Siswa Siklus I, II & III
No Komponen yang diamati
(dari 40 orang siswa) SIKLUS KE
I
(% rata-rata) II
(% rata-rata) III
(% rata-rata)
1 Siswa yang hadir pada saat pembelajaran 95,8% 98,3% 98,3%
2 Siswa yang memperhatikan pembahasan materi 37,5% 52,5% 87,5%
3 Siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat pembahasan materi 62,5% 47,5% 12,5%
4 Siswa yang menjawab pada saat diajukan pertanyaan tentang materi pelajaran 12,5% 17,5% 30%
5 Siswa yang meminta untuk dijelaskan kembali suatu konsep yang telah dibahas 6,25% 6,25% 3,75%
6 Siswa yang mengajukan pertanyaan pada saat pembelajaran. 6,25% 7,5% 15%
7 Siswa yang bekerjasama dan berpartisipasi dalam kelompoknya 28,75% 42,5% 87,5%


Dari tabel di atas terlihat adanya perubahan sikap siswa dari setiap siklus kecuali pada tingkat kehadiran siswa. Tingkat kehadiran tidak terjadi perubahan yang berarti dikarenakan adanya siswa yang tidak hadir karena mereka sakit dan ada siswa yang minta izin. Pada siklus I Siswa yang hadir pada saat pembelajaran 95,8%, Siswa yang memperhatikan pembahasan materi 37,5%, Siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat pembahasan materi 62,5%, Siswa yang menjawab pada saat diajukan pertanyaan tentang materi pelajaran 12,5%, Siswa yang meminta untuk dijelaskan kembali suatu konsep yang telah dibahas 6,25%, Siswa yang mengajukan pertanyaan pada saat pembelajaran 6,25%, Siswa yang bekerjasama dan berpartisipasi dalam kelompoknya 28,75%.
Pada siklus II Siswa yang hadir pada saat pembelajaran 98,3%, Siswa yang memperhatikan pembahasan materi 52,5%, Siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat pembahasan materi 47,5%, Siswa yang menjawab pada saat diajukan pertanyaan tentang materi pelajaran 17,5%, Siswa yang meminta untuk dijelaskan kembali suatu konsep yang telah dibahas 6,25%, Siswa yang mengajukan pertanyaan pada saat pembelajaran 7,5%, Siswa yang bekerjasama dan berpartisipasi dalam kelompoknya 42,5%. Sedangkan pada siklus III Siswa yang hadir pada saat pembelajaran 98,3%, Siswa yang memperhatikan pembahasan materi 87,5%, Siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat pembahasan materi 12,5%, Siswa yang menjawab pada saat diajukan pertanyaan tentang materi pelajaran 30%, Siswa yang meminta untuk dijelaskan kembali suatu konsep yang telah dibahas 3,75%, Siswa yang mengajukan pertanyaan pada saat pembelajaran 15%, Siswa yang bekerjasama dan berpartisipasi dalam kelompoknya 87,5%.
e) Secara umum pelajaran geografi dengan menggunakan media pembelajaran media gambar pada siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja, sudah bisa meningkatkan perubahan sikap siswa dalam mengikuti pelajaran di dalam kelas.
3. Hasil Analisis Kuantitatif
a) Analisis Statistik Deskriptif
1) hasil tes akhir siklus I (pertama)
Pada tes akhir siklus ini, diperoleh gambaran tentang kemampuan pemahaman siswa kelas VIIIc yang menjadi subjek penelitian. Tes akhir siklus ini diikuti oleh semua siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja yang berjumlah 40 orang. Adapun data skor hasil tes siswa pada tes siklus I ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5. Statistik Hasil Tes Siswa Pada Siklus I
Statistik Nilai statistik
Subjek
Nilai ideal
Nilai tertinggi
Nilai terendah
Rentang nilai
Nilai rata-rata
Median
Standar deviasi 40
100
85
30
55
52
50
11,11
.
Dari tabel di atas kita dapat memperoleh gambaran mengenai tingkat kemampuan dan pemahaman dari siswa setelah diterapkan pembelajaran Geografi dengan menggunakan media gambar. Pada siklus I ini nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 52 dari nilai ideal (nilai maksimum) yang mungkin dicapai oleh siswa adalah 85, skor terendah adalah 30, dengan standar deviasi 11,11Setelah nilai responden dikelompokkan ke dalam lima kategori yang ditetapkan oleh direktorat jendral pendidikan dasar dan menengah, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase nilai pada tabel di bawah ini.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Tes Siklus I.
No Interval nilai Kategori Frekuensi Persentase
1
2
3
4
5 85 - 100
65 – 84
55 – 64
35 – 54
0 – 34 Sangat baik
Baik
Cukup
rendah
Sangat rendah 1
7
10
21
1 2,5 %
17,5 %
25 %
52,5 %
2,5 %
Jumlah 40 100 %


Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa dari 40 siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja terdapat sekitar 2,5 % yang penguasaan materinya masuk dalam kategori sangat rendah, 52,5 % masuk dalam kategori rendah, 25 %masuk dalam kategori cukup, 17,5 % masuk dalam kategori baik dan 2,5 % masuk dalam kategori sangat baik. Selanjutnya untuk melihat jumlah siswa yang mencapai standar ketuntasan belajar individual pada akhir siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 7. Frekuensi dan persentase Ketuntasan Belajar Individual siswa pada siklus I
No Kriteria Frekuensi Persentase
1 Tuntas 8 20%
2 Tidak tuntas 32 80%
Jumlah 40 100 %

Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa dari 40 orang siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Anggeraja terdapat sekitar 8 atau 20% siswa yang mencapai nilai standar ketuntasan belajar individual yang ditetapkan oleh dinas pendidikan nasional yaitu 65,0. Sedangkan siswa yang belum mencapai nilai standar ketuntasan belajar individual sebanyak 32 orang atau sekitar 80%.
2) hasil tes akhir siklus II.
Siklus II ini merupakan lanjutan dari siklus I, sehingga dari hasil tes pada siklus II kita bisa melihat begaimana perkembangan kemampuan pemahaman siswa kelas VIIIc terhadap mata pelajaran Geografi setelah tindakan kelas yaitu penerapan pembelajaran dengan menggunakan media pada materi Dinamika Penduduk . Tes akhir siklus ini diikuti oleh semua siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja yang berjumlah 40 orang. Adapun data skor hasil tes siswa pada tes siklus II ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 8. Statistik Hasil Tes Siswa Pada Siklus II
Statistik Nilai statistik
Subjek
Nilai ideal
Nilai tertinggi
Nilai terendah
Rentang nilai
Nilai rata-rata
Median
Standar deviasi 40
100
85
35
50
59,25
57,5
10,81
Dari tabel di atas kita dapat memperoleh gambaran mengenai tingkat kemampuan dan pemahaman siswa setelah penerapan pembelajaran dengan menggunakan media gambar. Pada siklus II ini, terjadi perubahan perolehan hasil tes siswa. Dimana nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah dari nilai ideal (nilai maksimum) yang mungkin dicapai oleh siswa adalah 85, skor terendah adalah 35, dengan standar deviasi 10,81.
Setelah nilai responden dikelompokkan ke dalam lima kategori yang ditetapkan oleh direktorat jendral pendidikan dasar dan menengah, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase nilai pada tabel di bawah ini.
Tabel 9. Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Tes Siklus II.
No Interval nilai Kategori Frekuensi Persentase
1
2
3
4
5 85 -100
65 – 84
55 – 64
35 – 54
0 - 34 Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang 1
14
12
13
- 2,5%
35%
30%
32,5%
-
Jumlah 40 100 %


Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa dari 40 siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja terdapat sekitar 32,5% yang penguasaan materinya masuk dalam kategori kurang, 30% masuk dalam kategori cukup, 35% kategori baik dan 2,5% masuk dalam kategori sangat baik
Selanjutnya untuk melihat jumlah siswa yang mencapai standar ketuntasan belajar individual pada akhir siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 10. Frekuensi dan Persentase Ketuntasan Belajar Individual
Siswa pada siklus II.
No Kriteria Frekuensi Persentase
1 Tuntas 15 37,5%
2 Tidak tuntas 25 62,5%
Jumlah 40 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa dari 40 orang siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja terdapat 15 atau 37,5% siswa yang mencapai nilai standar ketuntasan belajar individual yang ditetapkan oleh dinas pendidikan nasional yaitu 65,0. sedangkan siswa yang belum mencapai nilai standar ketuntasan belajar individual sebanyak 25 orang atau sekitar 62,5%
3) Hasil tes akhir siklus III.
Siklus III ini merupakan lanjutan dari siklus II, sehingga dari hasil tes pada siklus III kita bisa melihat bagaimana perkembangan kemampuan pemahaman siswa kelas VIIIc terhadap mata pelajaran Geografi setelah tindakan kelas yaitu penerapan pembelajaran dengan menggunakan media gambar pada materi Latak Geografis dan Astronomis Indonesia. Tes akhir siklus ini diikuti oleh semua siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja yang berjumlah 40 orang. Adapun data skor hasil tes siswa pada tes siklus III ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 11. Statistik Hasil Tes Siswa Pada Siklus III
Statistik Nilai statistic
Subjek
Nilai ideal
Nilai tertinggi
Nilai terendah
Rentang nilai
Nilai rata-rata
Median
Standar deviasi 40
100
90
30
60
68,62
75
10,78

Dari tabel di atas kita dapat memperoleh gambaran mengenai tingkat kemampuan dan pemahaman setelah diterapkan pembelajaran dengan menggunakan media gambar. Pada siklus III ini, terjadi perubahan perolehan hasil tes siswa. Dimana nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 68,625 dari nilai ideal (nilai maksimum) yang dicapai oleh siswa adalah 90, skor terendah adalah 30, dengan standar deviasi 10,78.
Setelah nilai responden dikelompokkan ke dalam lima kategori yang ditetapkan oleh direktorat jendral pendidikan dasar dan menengah, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase nilai pada tabel di bawah ini.



Tabel 12. Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Tes Siklus III.
No Interval nilai Kategori Frekuensi Persentase
1
2
3
4
5 85 -100
65 – 84
55 – 64
35 – 54
0 – 34 Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang 3
31
3
2
1 7,5%
77,5%
7,5%
5%
2,5%
Jumlah 40 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa dari 40 siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja terdapat sekitar 2,5% yang penguasaan materinya masuk dalam kategori sangat kurang, 5% masuk dalam kategori kurang, 7,5% masuk dalam kategori cukup, 77,5% kategori baik dan 7,5% masuk dalam kategori sangat baik.
Selanjutnya untuk melihat jumlah siswa yang mencapai standar ketuntasan belajar individual pada akhir siklus III dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 13. Frekuensi dan Persentase Ketuntasan Belajar Individual
Siswa pada siklus III.
No Kriteria Frekuensi Persentase
1 Tuntas 34 85%
2 Tidak tuntas 6 15%
Jumlah 40 40






Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa dari 40 orang siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja terdapat sekitar 34 atau 85% siswa yang mencapai nilai standar ketuntasan belajar individual yang ditetapkan oleh dinas pendidikan nasional yaitu 65,0 sedangkan siswa yang belum mencapai nilai standar ketuntasan belajar individual sebanyak 6 orang atau sekitar 15%
Untuk melihat perubahan yang terjadi dari hasil belajar geografi siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja pada setiap siklus dapat dilihat pada table berikut ini :
Tabel 14. Hasil Belajar Geografi Siswa Pada Setiap Siklus
Siklus Nilai perolehan siswa kategori Siswa yang mencapai standar ketuntasan belajar individual
Maksimum Minimum Rata-rata
I 85 30 57,5 Sedang 8
II 85 35 60 Sedang 15
III 90 30 60 Sedang 34

Dari table di atas terlihat adanya perubahan hasil ujian geografi siswa dari setiap siklus. Pada tabel tersebut terlihat bahwa pada akhir siklus I nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 57,5 berada pada kategori sedang, pada akhir tes siklus II nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 60 berada pada kategori sedang, sedangkan pada akhir tes siklus III nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 60 berada pada kategori sedang. Dari tabel di atas juga terlihat bahwa siswa yang nilai ujiannya mencapai nilai standar ketuntasan belajar individual juga bertambah jumlahnya, yaitu dari 8 orang pada siklus I menjadi 15 orang pada siklus II kemudian bertambah menjadi 34 orang pada siklus III.
Hasil ini sekaligus memberikan gambaran bahwa penelitian ini telah mencapai hasil yang maksimal. Dimana jumlah siswa yang mencapai nilai standar ketuntasan belajar individual yang ditentukan oleh Dinas Pendidikan Nasional sebanyak 34 telah mencapai standar ketuntasan belajar klasikal yaitu 85% dari keseluruhan siswa.
Terdapat siswa yang masih rendah nilainya disebabkan oleh faktor kurangnya semangat belajar siswa untuk mengulangi atau mempelajari kembali materi yang telah diberikan di kelas. Kecenderungan siswa untuk bermain-main lebih dominan dibanding belajar di rumah pada saat pulang sekolah, sehingga materi yang awalnya dianggap mudah dipahami saat proses belajar mengajar berlangsung menjadi sukar pada saat berhadapan dengan soal ujian. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa keberhasilan siswa bukan hanya ditentukan oleh pihak guru di sekolah akan tetapi juga ditentukan oleh sikap dan perhatian orang tua siswa di rumah dalam memberikan semangat belajar bagi anak-anaknya. Secara umum pelajaran geografi dengan menggunakan Media pembelajaran media gambar pada siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja sudah bisa mengantar siswa untuk lebih mudah memahami materi pelajaran yang diberikan.

b) Analisis Statistik Inferensial
hasil analisis statistic inferensial tentang peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi dengan menggunakan Media pembelajaran geografi media gambar di SMP Negeri 1 Anggeraja digunakan statistic parametric yaitu uji Anava (analisis Varians).

Tabel 15. Tabel Analisis Varians
Sumber varians
d f j k k t f
Rata-rata
Antar kelompok
Dalam kelompok 1
2
117 426616,88
5641,25
14266,87 426616,88
2820,625
121,93 23,133
Total 120 49.420.900
F hit = 23,133
F tab = 3,076
Karena F hit > F tab maka Ho ditolak dan H1 diterima.
Jadi, ada peningkatan hasil belajar geografi siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja dengan menggunakan media pembelajaran media gambar.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi dan hasil analisis data dalam bab-bab terdahulu maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam pelaksanaan tindakan penelitian dari setiap siklus mengalami berbagai macam kendala dan yang akhirnya dapat diminimalisir dengan melakukan perbaikan dari setiap siklus. Pada siklus I kendala yang paling besar adalah kurangnya waktu pengajaran untuk membahas secara jelas materi yang dibawakan sehingga madia gambar yang ditampilkan masih susah untuk dipahami oleh banyak siswa . Kemudian pada siklus II dilakukan perbaikan dengan menggunakan metode pengajaran picture and picture. Disini terjadi Pada siklus II ini, pengajaran dengan menggunakan media gambar belum juga optimal dikarenakan banyak siswa merasa jenuh dengan materi perhitungan pada pokok bahasan dinamika penduduk serta masih banyak siswa yang takut untuk tampil salah di depan kelas. Kemudia dilakukan lagi perbaikan pada siklus III dengan menambahkan metode Eksmple non eksample. Pada siklus ketiga terjadi peningkatan hasil belajar yang memuaskan karena siswa dengan mudah memahami materi pelajaran. Siswa sangat mudah memahami media gambar yang di tampilkan di depan kelas karena siswa diberikan kesempatan untuk mengamati lingkungan disekitarnya sebelum mengamati media gambar yang disediakan.
2. Terjadi peningkatan motivasi belajar dari siswa. Hal ini dapat dilihat dari banyknya siswa yang yang aktif mengikuti proses belajar mengajar. Misalnya, kurangnya siswa yang melakukan kegiatan lainnya pada saat proses belajar sedang berlangsung, banyak siswa yang berani mengajukan pertanyaan, siswa telah berani memberikan tanggapan dari pertanyaan, banyaknya siswa yang berani untuk tampil di depan kelas, banyaknya siswa yang mengerjakan tugas di rumah, meningkatnya kreatifitas siswa dalam memberikan contoh-contoh objek kehidupan sehari-hari yang terdapat dalam materi.
3. Terjadi peningkatan Hasil belajar siswa pada kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja dengan menggunakan media pembelajaran media gambar. Hal ini dapat dilihat hasil evaluasi belajar siswa dari tiap siklus. Pada siklus I, jumlah siswa yang mencapai standar ketuntasan belajar individual adalah 20% dengan kriteria tuntas dan 80% dengan kriteria tidak tuntas, pada siklus II, jumlah hasil evaluasi yang mencapai standar ketuntasan belajar individual adalah 37,5% dengan kriteria tuntas dan 62,5% dengan kriteria tidak tuntas. Pada siklus III, jumlah siswa yang mencapai standar ketuntasan belajar individual adalah 85% dengan kriteria tuntas dan 15% dengan kriteria tidak tuntas.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan yang telah diuraikan, maka dibawah ini akan dikemukakan beberapa saran yaitu sebagai berikut:
1. Diharapkan kepada guru agar sekiranya sadar dan mengerti akan arti pentingnya media pembelajaran salah satunya media gambar dalam menstranformasikan materi pembelajaran kepada siswa.
2. Diharapkan kepada guru mata pelajaran geografi lebih profesional dan kreatif dalam menyajikan materi agar prestasi belajar geografi siswa dimasa-masa yang akan datang lebih baik
3. Diharapkan kepada pendidik khususnya guru dapat menyesuaikan media pembelajaran dan model pembelajaran yang digunakan dengan kondisi kelas agar dapat memotivasi dan menarik perhatian siswa dalam belajar.
4. Bagi peneliti selanjutnya yang berminat pada penelitian tindakan kelas agar bisa lebih mengembangkan hasil penelitian ini pada pokok bahasan dan lokasi yang berbeda agar memperoleh wawasan yang lebih luas dalam meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran geografi.


DAFTAR PUSTAKA
Alfandi, Widodo. 2001. Epistimologi Geografi. Universitas Gadjah Mada Press: Yogyakarta

Arsyad Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Grafindo Persada

Depdikbud. 1993. Evaluasi Dan Penilaian. Protek peningkatan mutu guru dirjen DIKNASMEN : Jakarta.

Djamarah & Zain Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Edgan Dale. 1990. Assosiation for Education Commucation and Technology (AECT). UNS : Surabaya.

Hamalik. 1994. Prosedur Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta.
Haryangnti . 2001. Proses Belajar mengajar efektif. Lomba Karya Tulis Ilmiah. DEPDIKNAS.
Heinich, Molenda, Russel , 1996. Media Pengajaran Pendidikan. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Jakarta.
Lawalata, P.M. 1980. Pengaruh Persepsi dan Kebiasaan Pimpinan Terhadap Performans Administrasi Kepala Sekolah Dasar di Sulawesi Selatan. Disertasi IKIP Bandung.

Nurbaeti Syutin. 2004. Prinsip Pengembangan Media Pembelajaran. Pustekkom Depdiknas.
Poerwardarmanto. 1976. Kamus Bahasa Indonesia. PT Remaja Rosdakarya : Bandung

Raharjo, dkk. 1994. Media Pengajaran (Pembuatan dan Penggunaan). Sinar Baru: Bandung.

Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survei. Cet. III Jakarta: LP3ES

Sisdiknas, 2003. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional RI . Jakarta
Sudjana, Nana. 2001. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar mengajar. Sinar Baru: Bandung.

Sudjana. 1992. Statistik Terapan, Sinar Baru Algesindo: Bandung.

Sudjarwo,1998. Media Pengajaran. Sinar Baru Algensindo. Bandung.

Sumaatmajda, Nursid. 2001. Metodologi Pengajaran Geografi. Bumi Aksara: Jakarta.

Tabrani Ruyan. 2006. Hakekat Belajar. Makalah. Malang

Tika, Pabundu. 2005. Metode Penelitian Geografi. Bumi Aksara; Jakarta.

R .Angkowo & A. Kosasih.. Optimalisasi Media Pembelajaran. PT Grasindo. Jakarta. 2007

0 komentar:

Post a Comment

Komenter Kamu

Kumpulan Situs Penting
My Photo
Watampone
Dengan segala kerendahan hati kami mohon maaf atas segala kekurangan kami. Blog ini dibuat hanya untuk saling memberi sedikit informasi kepada teman-teman. Tak ada sedikitpun di dalamnya bertujuan untuk sebuah materil Berkarya tanpa batas, tanpa penindasan